Kategori: Sedarah
Istri-Istri Pamanku 06
Pinggul Bi Laha bergerak cepat, tubuhnya terguncang, dan dia tampak tidak beraturan. Tiba-tiba, pahanya mengepit, dan dia mengangkat pinggulnya sebelum mengeluarkan suara merengek. Dia mencengkeram rambut dan mencakar pundak, dengan wajah tegang seperti ingin melahirkan. Penisku terasa hangat saat cairan orgasme Bi Laha menyemprot. Dia kemudian terjatuh lemas. Saya menghentikan aktivitas dan melihat wajahnya yang indah. Dia membuka mata, mencium kening saya, dan berterima kasih karena telah menghilangkan dahaganya.
Istri-Istri Pamanku 05
Sambungan dari bagian 04 Aku merasakan kecanggungan Bi Laha ketika menggenggam penisku. Seakan-akan tengah menimbang-nimbang "Mau diapakan benda ini?" "Dikocok dong Bi..." bisikku memohon. Seketika itu juga tangan Bi Laha mulai bergerak-gerak di dalam celana dalamku. "Iya bi.. iyaahh.. lebih cepat bi.. lebih cepaat." Tampaknya untuk soal kocok mengocok, Bi Laha lumayan berpengalaman. Ia juga tahu tempat sensitif pria di urat sebelah bawah kepala penis. Seraya mengocok naik-turun, jempolnya mempermainkan urat itu membuat mataku terbeliak dan pinggulku berputar-putar. "Enak bi.. aahh.. ennnaak.." Lalu tanganku melepaskan remasan di pantatnya, dan kusentakkan tali celana dalam nilonnya. Maka terlepaslah penutup terakhir tubuh sintal isteri Mang Iyus itu. Dengan sigap kuletakkan jari tengahku di belahan vagina Bi Laha. Kusibakkan hutan lebat keriting itu, lalu jariku mencari-cari tonjolan kecil di
Istri-Istri Pamanku 04
Kebisuan kembali menyelimuti kami di rumah Bi Laha. Suara alam dan kendaraan bersahutan, menciptakan suasana tenang namun mencekam. Sudah lebih dari 20 menit kami tidak berbicara dan Mang Iyus belum datang. Istrinya terlihat gelisah sambil melihat jam. Telepon berdering mengejutkan kami. Bi Laha segera mengangkatnya dan terlihat marah mendengar penjelasan dari Mang Iyus. Dia mempertanyakan mengapa Mang Iyus membatalkan rencana makan malam dan mengantar ibunya ke dokter.
Istri-Istri Pamanku 03
Dari mana, ia berteriak "Fii. . lepaskan Bibi. . . " lalu meronta dan mendorongku hingga nyaris terjengkang. Perempuan itu melompat dari duduknya dan lari menjauh. Rambutnya acak-acakan dan kain jariknya hampir lepas. Ia berkata, "Fi. . cukup Fi. . kita tidak boleh berbuat lebih jauh dari ini, bibi yakin kalau kita teruskan ini akan berakhir di atas ranjang. " Ia kemudian merapikan bajunya. Bibi Laha tampak ragu akan keputusannya, lalu terkejut melihatku.
Istri-Istri Pamanku 02
Pemuda ini membuat Laha merasa tertarik padanya. Ia menyukai keponakan suaminya karena wajahnya yang tampan, cerdas, dan baik. Namun, kejahilannya juga menggugah perasaan Laha. Mereka mulai berbicara tentang pengalaman ngeres. Fi mengklaim bahwa Laha juga ngeres karena memperhatikan 'punya' Fi. Laha beralasan bahwa itu hanya kaget. Setelah Fi menggoda, Laha merasa malu tetapi tetap tersenyum. Mereka setuju untuk cerita tentang bagaimana ukuran Fi bisa menarik perhatian perempuan.
Istri-Istri Pamanku 01
Saat itu pertengahan 1989, aku sedang liburan semester di fakultas ekonomi sebuah universitas di Bandung. Dengan IPK di atas 3, aku ingin rileks dan mencari suasana baru. Setelah berbicara dengan orang tuaku di Jakarta, aku memutuskan pergi ke Garut untuk berlibur di rumah Mang Iyus dan Bi Laha. Mang Iyus adalah sepupuku yang sukses sebagai tuan tanah dan pengusaha dodol. Usianya 45 tahun, sedangkan Bi Laha 10 tahun lebih muda. Ayahku mengingatkanku untuk tidak tergoda pada Bi Laha yang cantik.
Sex Pertama Dengan Saudara Sendiri
Saya punya kebiasaan onani seperti teman-teman cowok saya. Untuk perangsang, saya tidak hanya menggunakan buku atau film, tetapi juga orang. Saya memiliki banyak saudara perempuan yang menarik. Ketika mereka menginap, saya sering mengendap ke kamar tamu dan melakukan hal-hal yang tidak pantas saat mereka tidur. Minggu lalu, ada saudara perempuan saya, Joyce, yang sangat cantik. Saya ingin menyentuhnya, tetapi saat saya hampir melakukannya, dia terbangun. Namun, saya melanjutkan usaha saya lain kali.
Simpanan Ayah Tiri
Ayahku sudah meninggal selama 3 tahun, meninggalkan ibu dan aku serta adikku Charles yang masih kecil. Charles kini di kelas 8 SD dan aku sedang kuliah di Akademi Pariwisata dan Perhotelan. Ibu membuka toko jamu untuk menyambung hidup dan membiayai sekolah kami karena dana pensiun ayah sangat kecil. Aku membantu ibu berjualan jamu, rokok, permen, alat tulis, dan pakaian anak. Ibu masih terlihat cantik meski sudah berusia kepala empat. Ayah meninggal dalam kecelakaan bus saat bertugas di Jakarta.
Gejolak Nafsu 02
Enam bulan setelah itu, Marina dan Ria meninggalkan kota kecil mereka menuju Jakarta bersama Om Jalil yang baru mereka kenal. Mereka ingin hidup lebih baik dan pergi tanpa sepengetahuan orang tua. Sesampainya di stasiun, mereka berangkat ke Jakarta di mana mereka akan diserahkan kepada Tante Yeyet. Ria berani ikut karena sudah tidak perawan. Pandy, pria berpengalaman, telah menggauli Ria dan Marina. Dalam perjalanan malam selama delapan jam, Om Jalil berusaha menggoda mereka.
Gejolak Nafsu 01
Marina adalah gadis berusia tujuh belas tahun yang tinggal bersama ibu dan ayah tirinya setelah ayah kandungnya meninggal delapan tahun lalu. Ayah tirinya, Daud, yang berusia tiga puluh enam tahun, merasa tertarik pada Marina. Dia sering memperhatikan tubuh Marina dan merencanakan untuk mengintipnya. Suatu hari, saat Marina hendak mandi, Daud mengintip melalui lubang yang dia buat di dinding kamar mandi. Marina masuk dengan handuk dan kemudian melepaskannya, membuat Daud tergoda dengan pemandangan tersebut.
Maafkan Saya Tante
Nama saya Doni, saya siswa kelas 3 SMP di Menteng. Saya mau menceritakan pengalaman saya dengan tante saya, Nina. Tante Nina, yang sudah punya dua anak, masih terlihat muda dan menarik. Minggu lalu, saya pergi ke rumah kakek saya karena orang tua saya menghadiri pesta. Tante Nina ada di rumah karena suaminya pergi. Saya masuk ke kamar mandinya dan melihat vibrator di pinggir bath tub. Setelah itu, Tante Nina memanggil saya untuk mengambil tasnya.
Keponakanku 03
Sambungan dari bagian 02 Kuhentikan jilatanku di vaginanya dan merangkak ke atas dan kupeluk Ami serta kuelus-elus rambutnya, serta merta dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal, Ami menciumi pipiku serta berkata, "Ooom aduh kok begitu yaa rasanya." "Itu belum seberapa Am, nanti pasti Ami akan merasakan yang lebih nikmat lagi", kataku meyakinkannya sambil tetap kuusap-usap rambutnya dan kucium pipinya, Ami tidak menjawab tapi malah menutup kedua matanya dan kelihatan sedang mencoba mengatur nafasnya. Setelah kuperhatikan, nafas Ami mulai teratur, lalu sambil kucium pipinya kubisiki, "Amiii sekarang oom boleh masukin punya oom ke punya Amiii." Ami yang masih menutup matanya tidak segera menjawab. Setelah kutunggu sebentar dan tetap tidak ada jawaban lalu kuulangi bisikanku di dekat telinganya, "Boleh Aam?" dan Ami membuka matanya sebentar dan melihatku dengan