Kategori: Sesama_pria
Gool Gool Indah
Aku mengenal seks dengan laki-laki saat SMA, yaitu di kelas 2 dan 3. Karena aku orang yang tertutup, keinginanku ini aku pendam saat kuliah, apalagi lingkungan kampus dan rumahku adalah homophobia. Setelah latihan bola, aku merasa bosan mengurung diri di kost atau pergi ke warnet, sementara teman-teman klub bola sudah punya pasangan. Umurku 23 tahun, tinggi 172 cm, dan berat 65 kg. Aku suka bermain bola di grup kampus di Bandung. Aku dekat dengan dua teman, Deni dan Gugun, dan sering membayangkan memiliki salah satu dari mereka sebagai "teman plus," tapi sepertinya itu tidak mungkin.
Papa Tiriku
Namaku Nando. Aku bingung karena ayahku yang seksi terlihat biseks. Dia tidur dengan Mama tetapi juga mengajakku berfantasi. Setiap hari, aku merenungi nasibku. Aku tidak tahu apakah ini salah ayah tiriku atau Mama yang mengabaikanku. Aku merasa cemburu melihat Mama dan ayah berpelukan. Aku melamun dan surfing internet, sering melihat situs porno. Suatu hari, aku subscribe ke situs gay yang terkenal. Sekarang, aku duduk di sekolah favorit, tetapi sedih karena ayahku telah tiada.
Kisahku
Awalnya aku tahu seks melalui pengalamanku dijamah oleh pria pada saat umurku masih 10 tahun. Kejadiannya begini, waktu itu di rumah kami tinggal sepupuku yang sekolahnya dekat rumah kami. Kami tidur satu kamar. Awalnya saya tidak tahu apa yang dia perbuat denganku. Suatu malam aku tersadar karena merasa geli-geli sedap di bagian kemaluanku. Aku terbangun dan mendapati sepupuku sedang mengulum batang kemaluanku yang masih kecil. Karena aku terbangun, maka dia semakin menjadi. Dia kemudian menelanjangiku dan dia juga bertelanjang ria. Dia terus bermain di alat vitalku. Aku terbelalak melihat batang kejantanannya yang besar (17 cm, umurnya 18 tahun), maklum posisi kami waktu itu 69. Aku mulai terangsang melihatnya. Agak ragu aku memegang rudalnya, ternyata cukup keras dan hampir tidak dapat kugenggam dengan satu tanganku. Aku
Asyiknya Ramai-Ramai
Cerita ini fiktif, tapi bisa menjadi hiburan. Karakter utama, yang bertanya pada abang tentang pulangnya Papa, bernama Deni. Abangnya, Ferry, digambarkan sebagai orang baik, tinggi, dan ganteng. Deni memiliki lima saudara, dua kakak dan dua adik, semua laki-laki. Mereka bukan saudara kandung, melainkan saudara angkat yang tidak memiliki hubungan keluarga. "Papa" yang mereka sebut adalah Pak Budi, seorang dosen di perguruan tinggi, yang calm, baik hati, dan perhatian. Pak Budi pernah menikah tetapi tidak memiliki anak.
Kenikmatan Bersama
Aku, sebut saja namaku Ardi, berumur 25 tahun dan tinggal di Jakarta bersama kakak sepupuk perempuanku yang sudah menikah. Aku bekerja di sebuah bank terkenal dan tinggal di rumah kakakku atas permintaannya, meskipun sudah dua tahun aku minta untuk kost sendiri. Keluarga kakakku harmonis meskipun belum memiliki anak setelah lima tahun menikah. Mereka juga terkadang bertengkar kecil di malam hari. Malam ini mereka ribut lagi, dan suami kakakku, Mas Andre, tidur di sofa. Aku sudah menawarkan Mas Andre untuk tidur di kamarku, tapi dia menolak.
Kenangan Bersama Surya
Aku bernama Toni, dan aku menyukai pria sejak SMP. Saat melihat teman atau guru yang tampan, aku merasa tertarik dan membayangkan bersenggama dengan mereka. Setelah dewasa, perasaan itu terus ada, tetapi aku takut mengungkapkannya. Aku sering melakukan onani sambil membayangkan pria-pria tampan. Saat kuliah di PTS di Jakarta, aku mengambil kelas malam agar bisa bekerja siang dan bertemu teman laki-laki. Pada hari pertama kuliah, aku datang lebih awal untuk mencari informasi tentang kelas.
Akhir Sebuah Keputusan
"Kemanakah kau akan membawaku Salim. . ? Berapa lama lagi aku harus mengikutimu Salim. . ? " kataku. Aku duduk di samping Salim yang diam sambil menggenggam tanganku. Salim berkata bahwa langit telah menentukan hidupnya kini dengan lelaki yang bukan untuknya. Ia percaya akan bertemu lagi dengan belahan jiwanya di keabadian. Aku merasakan sentuhan lembut dari Salim, yang penuh makna. Ketika Salim menciumku, aku merasa pasrah. Salim mengekspresikan hasratnya, dan fajar musim panas tiba. Jafar mengamati langkahku saat aku berada di hadapannya.
Satria Titisan Bunga Mawar
Ketika malam tiba dan bintang-bintang menghiasi langit, aku duduk di lembah memandangi awan. Tiba-tiba, seorang pemuda tampan dari hutan datang menghampiriku, menggenggam tanganku, dan menatap mataku. Dia menyatakan cintanya dengan lembut, seolah merusak perasaanku. Kata-katanya indah, bagaikan alunan musik. Dia membandingkan cintanya dengan piramida dan bunga anggrek, yang tak akan hancur oleh waktu atau cuaca. Aku berharap tak ada yang akan menghalanginya, merasakan hangatnya kecupan dan keindahan momen itu.
Pak Iskandar 02
Dapat melihat bagian tubuh paling rahasia dari laki-laki yang menarik perhatian. Bentuknya besar dan bagus, terutama bagian kepalanya. Ingin mendaratkan lidah ke sana, tetapi harus hati-hati. Tiba-tiba Pak Is mengajak ke dalam. Ia hanya memakai kaos oblong dan tidak ada penutup di bagian bawah tubuhnya. Saat di dalam kamar, Pak Is meminta untuk membuka celana. Setelah melepas celana, terlihat kemaluanku. Pak Is tersenyum dan mengomentari ukuranku sambil mengulurkan tangan untuk menggenggam. Ini adalah sentuhan pertamanya.
Pak Iskandar 01
Jangankan bergaul dengan tetangga, berbicara dengan teman satu kost pun jarang kulakukan. Kegiatan sehari-hari sangat padat, pergi ke kantor pagi dan pulang malam. Hari Sabtu dan Minggu hanya untuk bersantai di rumah. Malam Sabtu itu, tanpa berpikir panjang, aku ingin nongkrong di luar sambil merokok. Tiba-tiba, Pak Iskandar, tetangga yang jarang kukenal, menyapa. Aku terkejut, tetapi menjawabnya. Selama ini aku hanya mengenalnya sedikit karena kesibukan.
Cinta Pertama
Aku mengenal Yayan melalui situs internet. Malam Sabtu, aku menghubungi Yayan lewat telepon, dan kami sepakat untuk bertemu keesokan harinya. Di hari itu, aku menuju mall dan menelepon Yayan bahwa aku sudah tiba. Yayan berjanji akan menemuiku dalam 10 menit. Selama menunggu, aku merasa cemas dan memerhatikan setiap cowok yang masuk. Setelah setengah jam, Yayan menyapaku. Ia mengenaliku dari ciri-ciriku. Yayan tampak keren dan menarik, dan aku sangat mengaguminya.
Kenanganku Bersama Jimmy 02
Sambungan dari bagian 01. Saat ia mandi, aku mempersiapkan gunting, krim bercukur, dan pisau cukur yang tajam yang kubeli semalam, serta sebuah kamera, semua kusembunyikan di bawah majalah. Setelah ia selesai mandi dan keramas, aku mengajaknya berbincang sampai rambutnya kering, lalu aku mengatakan bahwa ia akan kuhukum karena perbuatannya yang berlebihan dan tidak senonoh. Aku menjelaskan bahwa hukuman kali ini tidak akan fisik, tetapi ia harus bersedia kehilangan rambut di kepalanya dan juga jembutnya. Jimmy terkejut dan memohon agar tidak memotong rambutnya, menjelaskan bahwa ia telah menjaga rambutnya dengan baik dan teman-temannya menyukainya.