Kategori: Sesama_pria
Menang Taruhan
Aku seorang mahasiswa bernama Riki. Sejak kuliah, aku kost di Pahlawan Bandung bersama enam cowok lain yang juga mahasiswa. Tampilanku biasa saja, dan aku tidak tertarik pada sesama jenis. Tapi, ada perasaan aneh muncul sejak ada anak baru, Oki, yang kost di sini. Dia berusia sekitar 15 tahun dan berasal dari Lampung. Oki ganteng, mudah akrab, dan suka bercanda. Salah satu insiden lucu terjadi ketika aku diganggu saat minum, dan aku juga melihatnya telanjang. Sejak saat itu, perasaanku jadi tidak karuan.
Then You Look at Me 03
Dinding-dinding ini menyimpan rahasia yang hanya kita ketahui, tetapi seberapa lama mereka bisa menyimpannya, karena kita adalah dua kekasih yang kehilangan kendali. Kita adalah dua bayangan yang mengejar pelangi di balik jendela dan pintu tertutup. Kita membuat kenangan yang terlalu indah untuk diceritakan, tetapi tangan ini tidak pernah kosong saat kita terbaring. Kita menciptakan gambar, membuat keajaiban, mengambil kesempatan, dan bercinta. Jika dinding bisa berbicara, mereka akan mengungkapkan keinginan dan perasaan kita. Alunan lagu Celine Dion mengiringi cinta kita, dan aku terhanyut dalam permainan kami. Saat Dhean menidurkan aku, aku merasakan rangsangan yang luar biasa. Kita melakukan posisi 69, dan saat-saat itu penuh keindahan.
Then You Look at Me 02
Saat aku dan tim di ruang kerja, Dean bertanya tentang hasil pemeriksaan dan rencana kembali ke Jakarta. Kami, aku, Tony, dan Tanti, ingin berkeliling Sumatera Barat dulu, dan Dean setuju untuk mengantar kami. Setelah tugas selesai di Padang, kami merencanakan untuk refreshing ke tempat wisata esok harinya. Malamnya, Dean menelepon dan menanyakan apakah aku memerlukannya. Meski ada keinginan untuk tidak mengulang kejadian sebelumnya, aku mengundangnya ke kamar. Dia sudah menunggu di Lobby Hotel dan segera datang.
Then You Look at Me 01
"Masuk Ju, silahkan duduk. . . " ujar Pak Wahyu ketika aku tiba di depan pintu ruang kerjanya. Dia menjelaskan bahwa mulai 1 Februari 2001, akan ada rotasi kerja Team Audit. Team dari wilayah Timur ke Barat, dari Barat ke Tengah, dan dari Tengah ke Timur. Dia meminta pendapatku dan aku menjawab bahwa aku siap menerima kebijakan ini dan bekerja dengan siapapun. Setelah sekitar 45 menit berbincang, Pak Wahyu berkata akan ada surat untuk ditandatangani dan aku harus bersiap untuk wilayah Barat. Dalam perjalanan ke ruangan, aku memikirkan tentang pekerjaanku di Padang.
Ujang 03
cairan hangat yang menyembur di dalam lubang anusku. Aku segera berlari ke kamar mandi yang ada di kamar itu dan kubersihkan diriku, kuguyur tubuhku dengan air hangat yang memancar dari shower, kubiarkan pintu kamar mandi terbuka sehingga aku bisa melihat Ujang masih menikmati sisa-sisa kenikmatannya. Ketika dia menoleh ke arahku, kulambaikan tanganku untuk untuk memanggilnya agar bersama-sama mandi di bawah guyuran air shower ini. Rupanya dia mengerti keinginanku, dia segera bangun dari tidurnya dan menuju ke kamar mandi dan ikut mengguyurkan dirinya di bawah shower, sambil saling menyabuni badan kami masing-masing terlebih-lebih menyabuni batang kemaluan lawan mainnya sampai tegang kembali. Akan tetapi tidak sampai terjadi ML di dalam kamar mandi itu, karena hari sudah malam, maka kami segera mengeringkan badan kami. Dan kulihat Ujang ingin segera berpakaian dan kembali ke kamarnya, akan tetapi aku mencegahnya, agar malam ini dia tidur di kamarku saja dan tidak usah berpakaian. Akhirnya kami berdua dalam keadaan telanjang bulat langsung nyungsep di bawah selimut yang tebal sambil berpelukan untuk saling memberi kehangatan di malam yang dingin itu dengan perasaan puas karena bisa saling memberi kenikmatan. Ketika menjelang pagi kurasakan ada sesuatu yang hangat, kenyal dan bergerak-gerak menyentuh perutku, aku segera bangun dan kulihat Ujang masih.
Ujang 02
Sambungan dari bagian 01 Setelah makan siang sendirian dan merasa kenyang, aku pergi ke ruang tamu, duduk di sofa panjang, dan mencari bahan bacaan, tetapi tidak menemukannya. Karena itu, aku mulai melihat-lihat ruang demi ruang di rumah. Aku membuka pintu kamar tidur oomku yang lebih luas dan mewah, lalu menuju kamarku sendiri. Setelah itu, aku memasuki ruang yang lebih kecil dengan tempat tidur satu orang, meja, dan lemari kecil yang semuanya bersih dan rapi. Aku melanjutkan ke ruang lain, menemukan gudang terkunci, dapur, kamar mandi kecil, dan wc kecil, lalu ada jalan berbelok yang menuju lorong kecil di ujung.
Berburu "Burung"
Aku akan menceritakan kisah unik ini karena baru saja terjadi, kira-kira 2-3 bulan yang lalu. Cerita yang mungkin tidak akan banyak orang yang percaya kalau yang melakukan itu aku, karena pada dasarnya aku berwajah imut, pendiam dan cenderung pemalu, meski aku dilahirkan sebagai laki-laki. Oh ya, sebut saja aku Fik, umurku 15 tahun, aku duduk di kelas 1 SMU di kota S di Jawa Tengah. Namun cerita ini terjadi sewaktu aku di sebuah kota kecil di Jawa Timur, sebelum aku pindah ke kotaku sekarang. Awal kejadiannya mungkin pikiranku yang penuh sesak dengan hal-hal yang berbau pornografi, majalah, buku, novel atau kaset VCD yang kukoleksi, tidak tahu sekarang jumlahnya berapa di kotak rahasiaku, termasuk main internet sebagai hobi baruku. Parahnya, aku melakukan tindakan gila ini pada seorang bocah ingusan, dia tetangga sebelah rumah, Wen namanya. Dia masih kelas 6 SD. Meski tinggal bersebelahan tetapi baru sekitar satu semester ini kami akrab karena aku punya senapan angin untuk berburu dan dia suka juga berburu, sehingga waktu itu kami sering main bersama. Pagi itu, hari Minggu, aku sudah berada di pekarangan belakang rumahku mencoba senapanku, dan mulai menembak, ternyata dia pun sudah berada di situ, hingga akhirnya kami pun berdua pergi ke sawah, menembak.
Pacarku adalah Adik Pacarku
Namaku Surya, seorang mahasiswa di Jakarta. Aku anak kedua dari tiga bersaudara dan semua laki-laki. Sejak SMA, aku menyadari bahwa aku menyukai sesama jenis, terutama laki-laki. Saat ini, aku punya pacar, adik kelasku, tetapi perasaanku padanya tidak sekuat perasaanku pada laki-laki lain. Aku tertarik pada adik pacarku, Iwan, dan sering membayangkan bersentuhan dengan dia. Meskipun aku dan pacarku sudah berhubungan, pikiranku tetap mengarah pada Iwan yang lebih menarik bagiku.
Hubungan Seks Pertama
Cerita ini adalah pengalaman seks pertama penulis dengan seorang anak laki-laki bernama Andi saat kelas 1 SMA. Penulis tertarik pada Andi dan sudah menyimpan perasaan itu sejak SMP. Mereka berdua berpartisipasi dalam suatu organisasi dan menginap di sekolah untuk acara tersebut. Saat tidak bisa tidur, mereka bercanda dan mengobrol di ruangan terpisah. Tiba-tiba, penulis merasa terangsang, dan Andi menanyakan pikirannya serta mulai meraba. Mereka kemudian berbincang tentang seks. Andi meminta penulis untuk memperlihatkan.
Bahasa Kasih untuk Andi
Malam ini adalah malam Minggu yang mendung, dan aku bingung apakah akan keluar atau tidak. Jika tetap di kamar, akan terasa rugi. Akhirnya, aku memutuskan untuk keluar dan mengenakan celana jeans serta T-shirt yang santai. Aku berpamitan kepada teman-teman kost yang sedang bermain gitar. Saat di ujung gang, Andi menghampiriku dan bertanya mau ke mana. Setelah sedikit bicara, kami sepakat untuk berjalan bersama dan pergi ke mana saja sambil ngobrol.
Antara Jakarta dan Bandung
Aku sedikit tersadar karena desahan nafas menerpa wajahku, merasakan kecupan mesra di kening dan leherku. Ryan terus menciumi leherku dan menjilati puting susuku. Dengan mata malas terbuka, aku melihat Ryan melanjutkan, meski aku masih ngantuk setelah bercinta semalam. Ryan membelaiku sambil menyibakkan selimut, membuat tubuhku terlihat polos. Ia terus merangsangku, tiba-tiba menjilati batang kemaluanku, sedot dan lumat, hingga membuatku menggelinjang. Ryan menghisap lembut dan memainkanku, sementara tangannya mulai bermain di lubang pantatku.
Kolonel Amri
Sebenarnya, tidak ada yang terjadi jika aku tidak berurusan dengan Kolonel Amri, seorang anggota militer. Mobilku secara tidak sengaja menyenggol bamper mobilnya. Aku merasa sangat takut ketika dia keluar dari mobilnya. Aku segera meminta maaf karena merasa bersalah. Kolonel tersebut awalnya berbicara dengan nada keras tetapi tersenyum saat melihat wajahku. Aku menjelaskan bahwa aku kurang konsentrasi karena memikirkan masalah pribadi. Dia bertanya lagi tentang kurang konsentrasiku, dan aku memberi tahu bahwa aku baru saja pindah dan merasa kecewa di kota ini.