Kategori: Sesama_pria

Terjebak ke Dunia Gay
Awal cinta dimulai saat Philihpe pergi berlibur musim panas. Kami merasa saling membutuhkan, dan perasaan kesepian membuat kami saling mengungkapkan cinta. Perlahan-lahan, barang-barangku pindah ke rumah Philihpe, dan dia selalu menghalangiku membawa barang kembali setiap Senin. Setelah dua bulan, dia mengajakku pindah ke apartemennya. Aku senang tetapi ragu karena jarak ke lab kerjaku. Dia menawarkan mobilnya atau untuk mengantarkanku. Dia berharap aku akan lebih bahagia dan tenang jika aku pindah.

Melepas Kangen
Irfan menerima telepon dari temannya, Arie, yang memberitahukan bahwa dia akan dipindahtugaskan ke Surabaya. Arie meminta Irfan menjemputnya di stasiun Pasar Turi dan berniat menginap di rumah Irfan selama tiga hari. Meskipun Arie biasanya jarang menghubunginya, Irfan setuju karena mereka sudah lama tidak bertemu. Keesokan harinya, Irfan menjemput Arie yang telah berubah penampilan. Mereka berbincang dan tertawa bersama di perjalanan. Malam itu, hujan turun dan mereka menonton bersama.

Sobatku Indra
Namaku Danny, dan aku baru menyadari bahwa aku juga menyukai pria, meskipun sebelumnya mengira diri aku benar-benar straight. Sebagai bintang basket di SMU, aku populer dan menarik perhatian banyak gadis. Aku kenal Indra sejak semester tiga, dan kami semakin dekat saat terpilih menjadi anggota tim utama untuk turnamen basket antar SMU. Indra adalah sosok pendiam dan tidak menunjukkan ketertarikan pada wanita, meskipun penampilannya menarik. Latihan intens menjelang turnamen membuat tubuh kami pegal, dan aku sering menginap di rumah.

Titipan Boss
Aku mengenal Revo sebagai anak bosku. Dia sering ke kantorku menjemput ayahnya. Kami hanya saling tegur saat bertemu, karena aku tidak mudah akrab. Namun, belakangan Revo membuat perusahaan dengan teman-temannya dan ingin menjadi rekanan di kantorku. Bosku menitipkan Revo agar aku membantunya, termasuk memberi pekerjaan, supaya dia bisa mandiri sebelum ayahnya pensiun. Meskipun merasa tidak enak karena ada nuansa KKN, aku tetap membantunya dan kami mulai sering ngobrol. Revo sepertinya terbiasa minta bantuan.

Den, Tante Titip Aryo!
Siang itu udara panas. Setelah kuliah, aku masuk kamar dan berbaring. Tidak lama kemudian, Tante Ida, ibu kost, mengetuk pintu. Ia memberi tahu bahwa ia akan pergi ke Palembang malam itu untuk menghadiri pernikahan sepupunya. Tante kemudian meminta aku untuk menjaga Aryo, yang tidak ikut pergi karena harus sekolah. Aryo tiba-tiba masuk kamar dan bertanya. Tante menjelaskan bahwa aku dianggap seperti kakak Aryo karena sering berada di rumah. Aku hanya tersenyum mendengar itu.

Pertemuan Pertama
Siang tadi aku menelepon Arman dan kami sepakat untuk bertemu di lobby Hilton Hotel besok pukul 15. 00. Aku sangat menantikan pertemuan pertama ini. Deskripsi Arman sesuai dengan idamanku: tinggi, atletis, berkumis tebal, rambut pendek, dan macho. Keesokan harinya, aku merasa gelisah. Tepat pukul 14. 30, aku pergi ke Hilton agar tidak terlambat. Saat memasuki lobby, aku menunggu dan melihat ke sekitar. Tiba-tiba, suara yang kukenal memanggil namaku. Di depanku berdiri Arman dengan penampilannya yang lebih menarik dari bayanganku. Kami saling menyapa dan aku mengajaknya minum di coffee shop untuk menghilangkan kegugupan.

Pertemuan di Mall
Ini pengalaman pribadiku, di sore hari aku dengan temanku pergi ke mall terbesar di Yogyakarta, di pusat Malioboro. Kami pergi ke cafe di lantai satu yang katanya tempat kumpul kaum gay. Sore itu lumayan ramai, saat ngobrol, ada yang memandangiku. Aku pergi ke toilet dan dia mengikutiku, mengenalkan diri sebagai Andi dari Surabaya. Dia mengajak ke hotelnya yang dekat. Kami ngobrol, dia melepas kemeja, dan kami berciuman. Rasanya sangat nikmat dan kami saling menyentuh.

Bercinta di Hujan Deras
Sial banget, gumanku begitu sampai di Yogyakarta di stasiun Tugu. Setelah bermain di Surabaya, aku pulang ke Yogyakarta dan disambut cuaca mendung. Aku tidak mau naik becak atau taksi karena mahal dan tempat tinggal agak terpencil, jadi aku memilih tukang ojek. Untungnya, sudah ada tukang ojek yang menawarkan diri. Aku pergi ke Monjali. Awalnya, aku tidak memperhatikan sekeliling karena khawatir cuaca. Tapi, aku mulai tertarik pada abang tukang ojek yang atletis dan berpakaian seksi. Aku bertanya kenapa dia tidak risih dengan pakaiannya, dan dia menjawab bahwa dia merasa adem. Aku juga bertanya tentang badannya yang kekar, dan dia berkata mungkin karena dulu narik becak.

Di Balik Tirai
Hari ketiga di kost baru sangat membosankan. Dari lima kamar di atas, hanya dua yang terisi. Roy yang tinggal di sebelah lebih banyak di luar mengurus skripsi, sementara aku menunggu semester baru. Acara TV dan buku pun sudah membuatku bosan. Dari jendela kamarku, aku mengamati rumah lain yang juga kost-kostan. Aku tertarik pada sebuah kamar seberang, yang sering terdengar musik etnik dan memiliki interior yang rapi. Sampai hari ini, aku belum pernah melihat penghuninya, dan rasa ingin tahuku semakin meningkat. Suatu kali, aku melihat seseorang berjalan, dan aku sangat terkejut.

Desa Tercinta, Desa Terlarang
Liburan semester lalu, Idham ingin pergi ke desa orang tuanya untuk menghirup udara segar dan menghilangkan stres. Dia belum pernah ke desa itu meski neneknya masih tinggal di sana. Saat ditanya, Idham mengatakan rindu nenek. Setelah turun dari bis, Idham berjalan perlahan menuju rumah neneknya sambil memegang kertas alamat. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang ternyata adalah pamannya, Bambang, yang menawarkan bantuan untuk membawa tasnya. Neneknya pasti senang dia berkunjung.

Celana Dalam Seksi
Sejak kelas 2 SMA, aku tertarik dengan celana dalam seksi dan mini, dan membeli String Bikini. Setiap memakai celana dalam itu, aku merasa terangsang dan sering masturbasi. Di masa kuliah, aku ingin tahu siapa yang memakai celana dalam seksi dan apakah mereka juga terangsang. Aku tidak suka celana dalam kotor, hanya yang bersih dan seksi. Sekarang, aku menggunakan G-string/thong yang sangat seksi. Ketika ganti pakaian di loker kerja, rekan kerja sering melihat dengan takjub, dan aku yakin beberapa terangsang.

Fitness Centre 02
Budi setelah memarkir sedannya di garasi, menarik lenganku ke ruangan tengah dan menciumku. Aku terkejut karena belum terbiasa melakukan itu di tempat terbuka. Budi menjelaskan bahwa dia tinggal sendiri di rumahnya. Sambil membuka bajuku, Budi mulai menciumi leherku dengan penuh gairah. Kami berdua saling membuka pakaian, dan aku mengeksplorasi tubuh Budi. Kami berpindah ke kamar tidur, kutidurkan Budi di spring bed, dan mulai membuka celana. Budi juga ikut melepas pakaiannya.