

Istri Muda Ayahku 04
Sambungan dari bagian 03
"Ak! Maaahhzzz.. Tettyhhh nggghhaaak tahhh.. aaahh.. aahhh!"
Kembali jeritan panjangnya menyertai sentakan pantatnya yang liar dan keras menancapkan penisku sedalam-dalamnya pada vaginanya, sementara tubuhnya dengan liar tersentak bangkit dari posisi tidur menjadi setengah duduk dan tangannya menarik pantatku sekuat tenaga hingga penisku benar-benar menancap sedalam-dalamnya di dalam vaginanya yang berkontraksi dengan liar beberapa detik sebelum akhirnya meledakkan orgasme hebat yang melepas tumpahan demi tumpahan lendir orgasme. "Aaahh..." Tubuh Tante Tetty mengejang hebat dan kepalanya terlempar ke belakang dengan liar sementara tangannya meremas pantatku dengan keras hingga kukunya menancap di pantatku. "Mahhzz Hahndreeehhh.. ohhh.."
Pemandangan liar menggairahkan di depan mataku ini memancing ledakan kenikmatan dalam tubuhku yang menyerbu ke batang penisku yang seakan tersumbat itu. "Ggggaaahh.. Teehhttthhh.. akkkuhh juhgggahh nggaahhkk tahh.. oh.. oh.. oh.. Teeettthhh.." dan pertahananku pun jebol. "Crrraaattt.. Crrraaattt.. Crrraaattt..." Semprotan demi semprotan air mani kental dan panas kembali muncrat dari penisku, memenuhi vagina Tante Tetty hingga begitu penuh dan meleleh keluar membasahi paha kami berdua. Aku memeluk erat tubuh Tante Tetty yang telah basah kuyup oleh keringat kami berdua dan kuhisap dadanya dengan tak terkendali sehingga kembali tercetak cupang membiru di atas putingnya. "Crrraaattt!" Dengan muncratan terakhirku, aku pun melemas dan kami ambruk bersama-sama di atas kasur. Aku mencoba bertahan bertelekan pada siku agar tak menindihi tubuh Tante Tetty, namun tubuhku terasa sangat lemas, sehingga aku pun menjatuhkan diri di samping Tante Tetty yang juga telah tergolek lemas.
Kami diam tergeletak beberapa saat dengan napas tersengal-sengal. Lalu aku memandang Tante Tetty yang menggairahkan itu dan membelai-belai rambutnya. Tante Tetty menoleh memandangku dan kami sama-sama tersenyum bahagia.
"Ohhh, Mas. Kalo kayak gini sih, Tetty nggak perlu cari suami lagi deh."
"Aku juga puas banget, Tet. Kamu bener-bener mewujudkan khayalan masa kecilku."
Kami sama-sama tersenyum lagi, lalu kembali berciuman dengan lembut dan penuh perasaan. Kami lalu berpelukan sampai tertidur beberapa jam. Akhirnya aku bangun dan pulang pada pukul 23:00. Sebelum keluar dari rumahnya pun kami masih menyempatkan diri berciuman dengan bernafsu di depan pintu. Sampai kini, aku masih suka berjanjian dengan Tante Tetty lewat telepon, lalu datang ke rumahnya untuk menyetubuhinya dengan liar. Walau tidak setiap kali, tapi aku sering memberinya beberapa ratus ribu untuk membantu hidupnya yang hanya pas-pasan dengan warisan suaminya yang tak terlalu kaya itu.
Aku mungkin memang sudah gila meniduri mantan istri muda ayahku sendiri, tapi kejadian yang lebih gila lagi terjadi saat suatu hari aku sangat kangen pada bau tubuh dan bau vagina Tante Tetty yang begitu merangsang. Kutelepon dia siang hari untuk menyusun rencana bertemu. Dia menyatakan sedang sibuk dan akan pergi sampai malam karena sedang ada bisnis. Aku tak keberatan karena aku sendiri pun masih cukup banyak pekerjaan hingga bisa di kantor hingga malam. Akhirnya kami sepakat akan bertemu pukul 22:00 di rumahnya.
Tiba di rumahnya, aku sangat terkejut mendapatkan Anya, putrinya yang saat itu berusia sekitar 22 tahun, sedang ada di rumah itu. Kupikir, hancurlah rencanaku. Sial! Kenapa harus malam ini dia bertandang ke rumah ibunya? Tante Tetty sendiri tidak kelihatan batang hidungnya.
"Halo, Mas Andre. Apa kabar?"
"Umm, baik. Kamu baik? Suamimu gimana?"
"Aku baik, Mas. Suamiku juga. Mas Andre ngapain ke sini?"
Agak gelagapan, kujawab sekenanya, "Ng.. ada perlu ama Mama kamu.. hmm.. bisnis. Kamu sendiri ngapain?"
"Tau nih, Mama, tadi sore telepon, nyuruh Anya dateng."
Aku agak tercekat mengetahui bahwa ia disuruh datang oleh Tante Tetty.
Anya melanjutkan, "Tapi tau tuh, dari tadi kayaknya nggak ada yang penting-penting amat. Ngobrol biasa aja. Ehh, tau-tau Mas Andre dateng."
Saat itu, Tante Tetty keluar dari dapur, memakai daster katun biasa, membawa segelas minuman dingin. Bukan meletakkan minuman itu di meja, ia malah menarik tanganku tanpa menggubris putrinya sama sekali, seakan Anya tak ada di sana. Aku bingung tapi menurut saja dituntun masuk ke kamar oleh wanita setengah baya yang sangat menggairahkan ini. Anya pun diam saja melihat ini, sama sekali tak ada reaksi apa pun. Saat itu aku benar-benar tak mengerti.
Di dalam kamar, kuambil gelas dari tangannya, kubiarkan Tante Tetty menutup pintu sementara aku minum. Ia duduk bersila di atas ranjang dan memanggilku dengan isyarat jari telunjuk.
"Teeet, itu Anya."
"Sssttt.. sini."
Aku pun menghampirinya dan meletakkan gelas di meja kecil di samping ranjang, lalu naik ke ranjang disambut pelukan mesra dan lumatan bergairah pada mulutku yang juga sudah bernafsu. Kami berciuman beberapa saat sambil berpelukan, kutindih tubuhnya, saling menghisap dan menjilat lidah, lalu kubalik hingga Tante Tetty yang menindih tubuhku tanpa berhenti saling berpagutan. Setelah puas, kulepaskan bibirku dari bibirnya. "Tet, Anya kan."
Ia meletakkan jari telunjuk pada bibirku, menghentikan ucapanku yang belum selesai, lalu mulai melepaskan kancing-kancing kemejaku sambil lidahnya menari di dadaku. "Mmmm.. mmhh.. mmmhhh.. Tetttyyy.." Aku diam terlentang menikmati jilatannya pada dadaku. Sambil melepaskan kemejaku dan melemparnya ke lantai, Tante Tetty mulai menjilati putingku membuatku terpejam penuh kenikmatan. "Hmmmhhh.. Tettt.. mmmhhh.. mmhh..."
Sambil terus menjilat dan menghisap putingku, tangan Tante Tetty mulai turun meraba penisku yang telah menegang. "Woow, udah ngaceng nih, Mas Andre?" tanyanya menggoda. Aku hanya menjawab dengan senyuman sambil membelai-belai rambutnya. Ia melepaskan celanaku hingga aku terlentang telanjang bulat, lalu ia duduk mengangkangi pahaku dan melepas dasternya. Tak ada apa pun yang ia pakai di balik dasternya, hanya tubuh telanjang menggairahkan menindih penisku yang keras.
Tante Tetty menurunkan tubuhnya, kedua tangannya menopang tubuhnya di sisi kepalaku sehingga buah dadanya yang besar merangsang itu bergelantung tepat di depan wajahku. Kusambut putingnya yang hitam itu dengan mulut terbuka dan kujilati habis-habisan membuatnya berdesah penuh kenikmatan. "Hnhhh.. hnghh.. hnghh.. Mas Andreehh.. enak Mass.. nghhh..."
Kutarik tubuhnya hingga kini ia bertelekan pada kedua siku dan kuhisap puting dan buah dadanya dengan liar dan bernafsu.
"Mmmhh.. mmmhhh.. klcp.. klcp.. mmmhh.. sllrrpp.."
"Ohhh.. ohhh.. hngkhh.. Mas.. Mas.. ngghhh.."
Tak lama kurasakan kehangatan menetes di sekitar penisku. Rupanya Tante Tetty benar-benar telah terpancing gairahnya sehingga tak tertahankan meneteskan lendir gairah dari vaginanya. Tak lagi bertopang pada siku, Tante Tetty memeluk kepalaku dengan sebelah tangan sehingga tubuhnya benar-benar menindih tubuhku dan buah dadanya benar-benar menancap pada mulutku yang masih menjilati dan menghisapinya dengan bernafsu. Tangan kirinya turun memegang penisku dan menuntunnya ke mulut liang vaginanya yang benar-benar telah dibasahi oleh lendir gairah. Serta merta aku menangkap tangannya ini.
"Eh, sabar, Sayang!"
"Maasss.."
"Teettyy.. aku masih mau ngisepin memek kamu dulu.."
"Aduuh, Mas Andre.. Tetty udah nggak tahan nih.."
"Nggak ah! Nanti.." Kataku memaksa sambil melorotkan tubuhku di bawah tubuhnya hingga kepalaku mencapai selangkangannya. Tante Tetty pun menurut dan mengambil posisi duduk mengangkangi kepalaku. Kumasukkan seluruh vaginanya ke dalam mulutku dan kuhisap seluruh lendir birahinya sementara Tante Tetty mendesah penuh kenikmatan, "Mmmhhh.. nggghhh.. hhh..." Kujilati bibir vagina dan klitorisnya dengan lembut, namun tampaknya Tante Tetty memang benar-benar sudah terlalu terangsang dan ingin yang lebih ganas. "Ohhh.. terus Masss.. masukkkinnn.." desahnya sambil menaik-turunkan pantat di atas wajahku sehingga mulut dan lidahku terpaksa semakin liar menjilat dan menghisap vaginanya, mengikuti irama gerakan pantatnya.
Kuluruskan lidahku kaku dan kubiarkan Tante Tetty dengan bernafsu menikmati lidahku di liang senggamanya yang semakin banyak meneteskan lendir pada mulut, leher dan pipiku "Ngh.. ngh.. ngh.. ngh.. Mas.. Mas.. nnggghhh.. Mas Andreehh.. Tetty nggak tahan Masss.. Hnnngggkkk.. ohhh.. Maaasss.." Ia melonjak-lonjak dengan liar di wajahku sambil meremas-remas buah dadanya dengan kasar. Pemandangan dan desahan menggairahkan ini membuatku semakin bernafsu dan tak kuat lagi menahan diri. Kudorong tubuh Tante Tetty hingga ambruk di kasur, lalu kutindih tubuhnya dengan bertelekan pada kedua siku. Tak buang waktu lagi, kumasukkan penisku yang sudah berdiri keras itu ke dalam vaginanya. "Sssllppp.." masuk dengan mulus dan kenikmatan hebat langsung melanda tubuhku.
"Ohhh, Teehhhtt.."
"Ohhh, Maahhss.. enak Maasss.. terus Masss.. yang keras.. ngh.. ngh.."
"Hngghh.. hnghhh.. nggak ada memek senikmat memek kamu Tettthh.. hnghhh..."
"Teruzz Mazzz.. yang kerrrazzz.. yang kerazzz.. ayyooo Mazzzhhh.. ohhh.."
Tante Tetty menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan liar dan bernafsu. Rupanya ia sudah sangat terangsang dan ingin langsung kugenjot. Tak ada lagi kelembutan. Maka aku pun menggenjotkan pantatku menyelaraskan irama pantatnya sehingga kami saling "menyerang" dengan liar dan bernafsu. Kenikmatan semakin meledak-ledak dalam tubuhku seiring dengan semakin kerasnya penisku menyodok vaginanya yang mencengkeram erat dan berdenyut-denyut penuh birahi.
"Ngh.. ngh.. ngh.. ggghhh.. gggaahhh.. Teehhttyyyhh.. ggghhh.. nnnggghhh..."
"Mmmhhh.. mhhh.. ngkh.. ngkh.. ngkhh.. Mazz Anddrehhh.. Mazz.. ngkk.. ngkhh..."
Tak bertahan lama dalam irama genjotan yang ganas ini, tubuh Tante Tetty menggelinjang hebat dan liar dengan bola mata berputar ke belakang penuh kenikmatan sambil melenguh "Nggghhh.. nggghhh..." Kugenjot terus vaginanya hingga mendadak ia mencengkeram pantatku keras dan menariknya hingga penisku menancap sedalam-dalamnya di vaginanya diiringi pekikan keras "Hahkkk.. aaahhh.. ahhh.. ahhh..." dan lendir panas meledak dalam vaginanya menyiram penisku sampai meleleh keluar dari bibir vaginanya.
"Nghhh.. Maahhhss.." desahnya lemah sambil tangannya pun melemas dari pantatku dan seluruh tubuhnya melemas sementara penisku masih besar dan keras menancap di dalam vaginanya. Aku mengecup bibirnya yang disambut pagutan liar mulut dan lidah, sehingga aku pun melayani ciuman bernafsu selepas orgasme wanita ini. Kami berciuman saling menghisap bibir dan lidah beberapa saat hingga akhirnya ia melepas bibirku dan tergeletak terengah-engah di bawah tubuhku. Tahu ia tak bisa langsung melanjutkan setelah orgasme meledak tadi, kulepaskan dulu penisku dari vaginanya untuk memberinya istirahat sejenak. Aku merebahkan diri di samping tubuhnya yang lunglai dan basah mengkilat sambil menciumi pipi dan telinganya dengan lembut, bermaksud memulai foreplay kedua untuk memancing gairahnya kembali. Untuk diriku sendiri, karena tadi sama sekali tanpa foreplay dan kami hanya bersenggama tak sampai 5 menit, aku masih dalam kondisi fit dan penuh gairah.
Bersambung ke bagian 05
hell666