

Istri Muda Ayahku 01
Selain kejadian dengan pembantuku yang kukisahkan dalam "Lelly si Pembantu", ini pun merupakan pengalaman pribadi yang ingin kuceritakan pada para pembaca setia situs ini. Namaku (sebut saja) Andre. Kejadian bermula sekitar 20 tahun lalu, saat itu aku masih berusia sekitar 13 tahun, baru akil balig, istilahnya. Saat itu ayahku mempunyai istri muda yang berusia sekitar 25 tahun. Namanya (sebut saja) Tetty. Hanya sedikit lebih tua dari kakak sulungku yang berusia 23 tahun. Wajahnya tidak terlalu cantik, tapi sangat eksotis dan kulitnya hitam namun bertubuh seksi. Langsing dan tinggi seperti peragawati, namun mempunyai buah dada dan pantat yang besar dan montok kenyal menggairahkan.
Suatu hari aku diajak oleh ayahku menginap di rumah Tante Tetty. Aku tidur di lantai hanya dengan karpet dan bantal, di satu-satunya kamar tidur yang ada di rumah kecil itu. Tengah malam, entah pukul berapa, aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara-suara aneh yang masih asing di telingaku. Dalam kegelapan, aku melongokkan kepala ke atas ranjang dan kulihat hanya dalam bentuk silhuet, dua orang yang sedang bergumul penuh birahi, saling memagut dan saling memompa sehingga suara decak, erangan, desahan dan kadang jeritan kecilnya terdengar jelas olehku. Karena takut ketahuan, aku kembali berbaring di karpet, namun jelas tak bisa tidur lagi. Bahkan ada yang bangun, tepatnya di antara kedua pahaku, mendengar suara-suara penuh birahi yang membuat khayalanku melayang ke mana-mana itu.
Akhirnya mereka pun selesai dan hanya terdengar suara kecupan-kecupan saja, lalu Tante Tetty turun dari ranjang dan keluar kamar, mau ke kamar mandi kurasa. Saat ia membuka pintu, aku mengintip dari posisiku yang tidur tengkurap. Cahaya dari ruang depan menerangi tubuh telanjang Tante Tetty yang menggairahkan itu. Kulihat dada dan pantatnya yang seksi itu mengkilat oleh keringat. Saat itu aku benar-benar sudah tegang dan bernafsu, namun tak bisa melakukan apa-apa. Setelah sekian lama gelisah, akhirnya aku pun tertidur.
Beberapa bulan berlalu sejak kejadian yang tak pernah kulupakan itu, kali ini Tante Tetty sedang bertandang ke rumahku, ada perlu dengan ayahku yang saat itu belum pulang dari kantornya. Sebagai catatan, hubungan ibuku dengan istri muda ayahku ini memang tidak buruk walaupun tidak juga terlalu akrab. Yang jelas ia biasa datang ke rumahku tanpa perlu terjadi keributan sama sekali. Ternyata ayahku tidak juga pulang. Mungkin keperluan Tante Tetty begitu urgent-nya hingga ia terus menunggu. Aku sendiri tidak terlalu peduli dan sudah tidur dari tadi.
Pagi-pagi buta, mungkin sekitar pukul 2:00, aku terbangun karena kerongkonganku terasa sangat kering. Aku beranjak keluar kamar dan melihat ibuku tidur sendiri di ranjang (Aku dan beberapa kakakku yang masih remaja memang tidur sekamar dengan kedua orang tuaku di rumah kami yang jumlah kamarnya memang tidak banyak ini). Aku tak begitu memikirkannya dan langsung keluar kamar. Menuju dapur, aku melewati ruang keluarga dan tersentak melihat Tante Tetty tidur di lantai berkarpet di sana. Ternyata, dan ini memang hal biasa bagi keluarga kami, ayahku tidak pulang malam ini disibukkan oleh pekerjaannya. Mungkin karena sudah terlalu malam, Tante Tetty akhirnya memutuskan untuk menginap saja di rumahku.
Karena memang sejak kejadian di rumah Tante Tetty malam itu aku selalu terangsang melihat istri muda ayahku yang seksi ini, maka pemandangan di depanku ini benar-benar membuat penisku langsung melonjak. Memang pemandangannya sendiri biasa-biasa saja, karena Tante Tetty masih memakai pakaiannya lengkap, kemeja dan rok span selutut (jelas ia tak berniat menginap di rumahku dan tidak membawa daster atau pakaian tidur apa pun). Posisi tidurnya pun biasa saja, terlentang dengan kaki rapat dan tangan terlipat di bawah buah dadanya. Tapi kemungkinan yang bisa terjadi dengan adanya kesempatan inilah yang membuat khayalanku langsung melayang ke mana-mana dan membuat penisku langsung "ready for action!"
Sejujurnya, saat itu aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya memandangi saja tubuh Tante Tetty beberapa saat dengan penis semakin membesar dan mengeras. Akhirnya kuputuskan untuk melegakan kerongkonganku dulu. Aku mengambil air dingin di kulkas tanpa berusaha tidak berisik. Aku sengaja ingin mengetes, selelap apa tidur Tante Tetty. Saat itu, ereksi penisku sudah agak menurun. Mungkin karena guyuran air dingin di kerongkonganku, ditambah kenyataan bahwa aku mulai meninggalkan khayalanku dan berkonsentrasi pada rencanaku.
Setelah meletakkan gelas di meja, aku kembali ke ruang keluarga dan kembali menatap tubuh Tante Tetty, terutama bagian dadanya. Bukan karena buah dadanya yang seksi itu. Tujuanku adalah memperhatikan gerakan dadanya. Tampak ia bernapas dengan pelan dan teratur, menandakan ia masih tidur pulas. Kudiamkan beberapa saat, lalu aku mulai mendekatinya. Aku berlutut di sampingnya dan selama beberapa saat berdiam diri tidak melakukan apa pun selain mengamati gerakan dadanya. Gerakan berikut yang kulakukan adalah mengendus baunya, di atas dadanya kuposisikan kepalaku, tercium bau parfumnya yang sangat merangsang bagiku (sejak saat itu, aspek apa pun dari dirinya selalu sangat merangsang bagiku). Kugerakkan kepalaku terus ke bawah hingga ke kakinya, bukan lagi bau parfum, namun bau tubuhnya pun tetap merangsang bagiku. Dadaku berdebar-debar menikmati pengalaman gila ini.
Tak tahan lagi, aku kembali ke bagian atas tubuhnya dan mulai pelan-pelan meletakkan tanganku pada buah dadanya. Jantungku semakin berdebar-debar. Kuperhatikan wajahnya dengan seksama, tampak ia sama sekali tak bergerak dan napasnya tetap teratur. Tanganku mulai bergerak-gerak meraba buah dadanya dari luar bajunya. Ia tak juga bergerak, aku pun semakin berani dan mulai membuka dua kancingnya yang paling atas perlahan-lahan. Terlihatlah BH-nya yang berwarna hitam itu dan kuselipkan tanganku ke balik BH-nya menyentuh gundukan daging paling menggairahkan sepanjang hidupku itu. Kuraba-raba dada dan putingnya sambil memperhatikan perubahan pada wajahnya, namun Tante Tetty tetap pulas seperti tak terjadi suatu apa pun. "Kebluk" juga rupanya dia. Kuraba-raba buah dadanya beberapa saat dengan ereksi yang sudah memuncak, lalu aku mulai menginginkan yang lain. Kulepaskan dadanya dan aku pindah posisi ke bagian bawah tubuhnya tanpa bajunya kukancingkan kembali.
Aku mengintip ke balik roknya, gelap, tak terlihat suatu apa pun. Kuselipkan tanganku di antara pahanya dan mulai meraba-raba bagian dalam pahanya sambil tetap mengamati wajahnya. Namun meraba pahanya ternyata tak membuatku puas. Aku ingin lebih. Dengan nekat, aku pun mulai menarik roknya ke atas perlahan-lahan, sehingga pahanya yang mulus itu pun semakin tersingkap. Pada jarak yang kuperkirakan cukup dekat, kembali kuselipkan sebelah tanganku ke dalam roknya, sementara tangan satunya tetap memegangi roknya. Aku berusaha agar tak menyentuh pahanya, dan mulai menyentuh bagian vaginanya yang tertutup celana dalam putih itu. Terasa oleh jariku, celana dalamnya agak lembab. Kuraba-raba vaginanya hanya sesaat ketika mendadak Tante Tetty bergerak. Aku panik dan langsung melesat kabur ketakutan langsung kembali ke kamar dan pura-pura tidur. Jelas aku tak bisa tidur dan hanya bisa berbaring tengkurap dengan napas memburu. Entah apa yang akan terjadi besok jika ia menceritakan kejadian ini pada ibuku. Aku bahkan tak yakin apakah ia sempat melihat dan mengenali siapa yang melakukan itu.
Esoknya aku bangun, Tante Tetty duduk di meja makan sambil minum teh. Tak ada tanda-tanda apa pun, seakan tak terjadi apa pun semalam. Ibuku pun tak membicarakan apa pun selain hal-hal yang biasa. Akhirnya kusimpulkan, ia mungkin tak melihat siapa pelakunya sehingga diam saja, atau bahkan mungkin semalam ia tak terbangun, melainkan hanya mengubah posisi seperti layaknya orang yang sedang tidur nyenyak. Aku hanya bisa masturbasi di kamar mandi dengan khayalan indah menyetubuhi Tante Tetty hingga aku ejakulasi dan terduduk dengan lutut lemas di lantai kamar mandi.
Beberapa hari berlalu, Tante Tetty datang lagi ke rumahku. Karena hingga malam ia belum juga pulang dan ayahku belum juga pulang, kali ini aku mulai berniat untuk bergerilya dan mengharapkan ia kembali menginap dan ayahku tak pulang lagi. Harapanku terwujud dan kesempatan terbuka lagi. Kali ini aku hanya pura-pura tidur dan bertahan terus hingga sekitar pukul 2:00 pagi, aku keluar pura-pura ingin minum, dan kembali kulihat pemandangan menggairahkan di ruang keluarga. Tante Tetty tidur di sana dengan rok panjang yang lebih longgar dengan T-shirt ketat. Kuulangi lagi gerilyaku seperti malam itu, kali ini dengan lebih berani. Jika ada gerakan pada dirinya, aku menarik tanganku, namun tak langsung kabur. Aku duduk saja di sebelahnya, pura-pura melakukan sesuatu, sehingga jika ia memang bangun, aku bisa mengarang alasan. Kali ini ia sama sekali tak ada tanda-tanda terbangun, dan setelah puas meraba-raba tubuhnya, aku pun tidur untuk kembali bermasturbasi di kamar mandi esok paginya. Oh ya, sejak itu, aku tak pernah lupa untuk mengancingkan kembali bajunya, jika ia sedang memakai kemeja.
Hal ini ternyata semakin sering berulang, sehingga kesempatan bagiku pun semakin sering terbuka dan tak pernah kusia-siakan. Setelah sekian kali kulakukan, aku bahkan mulai berani menyelipkan jariku ke balik celana dalamnya dan meraba-raba vaginanya yang basah itu, membuat jariku basah dan kuendus mendapatkan bau yang sangat menggairahkan, mendorongku untuk mengulum jariku menikmati manisnya cairan vagina wanita untuk pertama kali dalam hidupku. Pada titik tertentu, entah kenapa aku tergerak untuk menciumnya. Perasaanku kembali seperti saat pertama melakukan ini. Tegang dan berdebar-debar. Kucoba dengan perlahan-lahan menempelkan bibirku pada bibirnya tanpa melakukan gerakan apa pun. Setelah beberapa detik, kulepaskan kecupanku itu. Karena tak ada gerakan apa pun pada wajah Tante Tetty, kucoba lagi mengecup bibirnya, kali ini lebih lama.
Semakin lama, aku semakin berani. Sambil melanjutkan gerilyaku di dalam BH-nya, meraba-raba buah dada dan putingnya, aku pun mengecup bibirnya dengan bibirku, hingga pada suatu saat, mungkin aku lepas kendali pada kerasnya tekananku, entah di bibir atau di dadanya, mendadak, tanpa ada gerakan apa pun yang memberi peringatan, Tante Tetty membuka kedua matanya lebar-lebar. Aku terbelalak dengan bibir masih menempel di bibirnya dan tangan masih menggenggam buah dadanya. Seperti pada pengalaman pertamaku, aku hilang akal dan langsung melesat kabur kembali ke kamar. Tante Tetty tidak mengikutiku ke kamar, namun aku tak bisa menebak apa yang ada di benaknya. Tapi aku yakin, kali ini matilah aku! Aku benar-benar tertangkap basah sedang menggerayangi istri muda ayahku. Entah apa yang akan terjadi padaku besok.
Aku bangun pagi hari dengan perasaan lemas dan ketakutan, mendapatkan Tante Tetty sedang duduk santai membaca majalah di ruang keluarga, memandangku sekilas saat kulewati, tanpa ada ekspresi apa pun. Ibuku sedang membereskan meja makan tanpa ada ekspresi yang lain dari biasanya. Aneh, tapi kupikir, mungkin Tante Tetty belum cerita pada ibuku, atau mungkin ia berniat untuk hanya cerita kepada ayahku saja. Seharian aku cemas dan tak konsentrasi di sekolah. Namun di luar dugaan, tak terjadi apa pun hari itu, dan juga hari-hari selanjutnya. Aku bingung namun senang sekali mendapatkan kenyataan bahwa Tante Tetty benar-benar memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian yang dialaminya pada kedua orang tuaku. Sejak itu, aku kapok dan tak pernah lagi melakukan apa pun pada Tante Tetty, walaupun ia masih suka menginap di rumahku dan ayahku tak ada di rumah. Godaan begitu hebat, namun aku memaksa diri untuk tidak melakukannya lagi.
Beberapa minggu berlalu dan suatu siang, aku pulang sekolah mendapatkan Tante Tetty di rumahku sendirian, sedang duduk di meja makan sambil membaca majalah. Benar-benar tak ada orang lain di rumah, entah pada ke mana. Kakak-kakakku yang sudah besar-besar mungkin pada kuliah, dan yang tak jauh di atasku memang ada yang sekolah siang, dan ada juga yang belum pulang dari sekolah. Tak ada kejadian istimewa selama beberapa saat. Aku makan siang, Tante Tetty terus saja membaca majalah di meja makan, sambil sesekali menanyakan ini-itu hal-hal kecil dan kujawab seperti biasa. Aku selesai makan dan meletakkan piring dan gelas di dapur. Kembali dari dapur, saat melewati Tante Tetty, tiba-tiba ia memanggilku. "Mas Andre, sini sebentar, Mas.."
Aku mendekatinya dan tanpa diduga-duga, ia bangkit berdiri persis di depanku, lalu merengkuh pinggangku dan menarik tubuhku ke arahnya. Aku kaget namun tak bisa berbuat apa-apa saat ia melekatkan bibirnya pada bibirku. Bukannya menikmati itu, aku malah menjadi kaku dan tegang ketakutan, tak tahu harus berbuat apa. Cukup lama ia membiarkan bibir kami saling melekat, lalu ia melepaskan bibirku. Ia tersenyum, aku menelan ludah dan ia kembali mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa kecuali diam saja merasakan ia mengulum bibir bawahku dengan pelan dan lembut. Ia berpindah-pindah mengulum bibir bawah dan atasku, dan lama kelamaan, aku pun mulai menjadi santai dan menikmati kenikmatan yang baru kali ini kurasakan sepanjang hidupku ini, dan penisku pun mulai bereaksi dengan perlahan-lahan menegang. Tante Tetty melepas bibirku, lalu tersenyum dan berkata, "Buka mulut kamu, Mas."
Bersambung ke bagian 02
hell666