Kategori: Setengah_baya
Adik Sang Sutradara 01
Akhir 1977 adalah batas waktu bagiku untuk menyelesaikan kuliah di Fakultas Teknik Mesin di Jakarta. Aku membutuhkan biaya yang besar dan usiaku hampir 27 tahun. Aku berusaha keras untuk mendapatkan tambahan biaya kuliah, termasuk bekerja part time dalam pembuatan film Nasional di dalam dan luar negeri. Selama itu, aku mengenal seorang pemain wanita terkenal bernama Mbak Evie, yang merupakan istri seorang pengusaha dan adik sutradara terkenal. Dia memiliki penampilan yang ideal menurutku.
Kisah Cinta Lewat 17Tahun.Com 02
Sambungan dari bagian 01 "Daaaddd... ooohhh... ennggg... mmmfff.., teerruusss... ooohhh..!" Dengan agak kasar kulepas bajunya dan Rani ikut melepaskan celana panjangnya, sementara aku terpaksa melepaskan kecupanku pada susu serta putingnya yang tampak agak membesar untuk melepaskan bajuku. Tinggal celana dalam masing-masing yang masih melekat di badan kami. Dengan lembut, kuraih Rani yang dengan matanya yang hitam, bulat berbinar-binar memandang tubuhku seolah-olah tidak percaya bahwa di hadapannya berdiri tubuh seorang pria setengah baya. Dia langsung memelukku dengan wajahnya disembunyikan di dadaku, tubuh kami saling menempel Skin To Skin. "Daddy... ayo Dad... Rani mau Daddy puasin aku sekarang, aku nggak tahan lagiii..." rintihnya sambil menggigit dadaku terus ke putingku yang termasuk bagian sensitive dariku. Aku melepaskan pelukanku dan membimbingnya sambil berpandangan ke arah tempat tidur model kingsize
Kisah Cinta Lewat 17Tahun.Com 01
Aku bekerja di perusahaan eksplorasi minyak lepas pantai di Kalimantan, di mana komunikasi merupakan hal penting. Telepon, komputer, dan mesin fax mendukung kegiatan eksplorasi ini, termasuk internet. Dari internet, aku menemukan situs 17tahun.com yang memiliki banyak cerita pengalaman cinta. Aku mulai berbagi kisah remaja dan berkenalan dengan teman baru, termasuk seorang gadis bernama Maharani. Kami saling mengirim e-mail dan berchatting. Dia memanggilku Daddy karena usiaku hampir sama dengan ayahnya.
Berawal Dari Khayalan
Cerita dimulai saat saya di kelas 1 SMA di kota B, 16 tahun lalu. Nama saya Kadek, dan saya belajar dengan teman-teman, Bima, Hendra, Julian, dan Rizki, di rumah Bima. Ia anak bungsu dari keluarga yang lebih berada. Kami sering menginap dan belajar bersama, bahkan diajak saat keluarga Bima berlibur. Kami sering membicarakan kakaknya, E, yang menarik. Namun, saya lebih tertarik pada Tante N, ibu Bima, yang berusia 42 tahun, yang membuat saya merasa risih dengan fantasi-fantasi seksual.
Dosen Haniza 04
Impian dengan kejayaan bersama membuat si puteri meraung kepuasan selepas kami terdampar keletihan setelah belayar. Dosen Hanizah terkulai dalam pelukanku, kami berbuat di atas ranjang yang empuk dengan banyak posisi. Rasanya sangat melelahkan, tubuh kami basah oleh peluh. Dosen Hanizah membelai tubuhku, aku mengecup dahinya sebagai tanda terima kasih. Kami tidak bersuara karena letih, dan aku risau anaknya bisa terbangun karena jeritan dan raungan ibunya. Tubuh kami lemas, hanya suara rintihan manja yang keluar.
Dosen Haniza 03
Agak lama kami berciuman dan berpelukan mesra. Dosen Hanizah meleraikan tautan itu dengan dengusan. Kami bertatapan, dan tanganku masih dilingkarkan padanya. Nafasnya semakin kencang dan nafsuku meningkat. Matanya terlihat meminta sesuatu, jadi aku mencium bibirnya lagi. Kami saling berciuman dan aku mengecup lehernya. Dosen Hanizah menggeliat saat aku meramas buah dadanya yang pejal. Suaranya menambah gairah, dan aku semakin berani membuka kancing kemejanya sambil mencium wajahnya.
Dosen Haniza 02
Baju basahku ada padanya dan belum kering. Aku tidak tahu di mana dia meletakkannya. Meskipun merasa tidak tenang, aku tetap menunggu di ruang tamu. Dosen Hanizah datang dengan kain batik dan kemeja lengan pendek. Wajahnya datar, tidak menunjukkan senyum atau marah. Dia duduk di depanku dan bertanya, "Azlan, sudah lama kamu di dekat pintu? " Aku meminta maaf dan mengakui kesalahan. Dosen Hanizah menanyakan apa yang aku lihat, dan aku menjawab, "Maafkan saya. " Dia mengatakan bahwa itu juga salahnya karena tidak menutup pintu.
Dosen Haniza 01
Aku teringat akan kisah yang terjadi 18 tahun yang lalu, ketika aku masih di alam persekolahan. Aku terkenal dengan sifatku yang pemalu dan takut terhadap wanita. Ketakutanku bukan karena takut seperti melihat hantu, tetapi karena tidak ada kekuatan untuk bergaul dengan mereka. Meskipun demikian, aku seorang yang happy go lucky dan suka bersenda gurau. Di sekolahku yang hanya untuk laki-laki, keinginanku untuk bergaul dengan wanita sangat tinggi. Aku sering berangan-angan memiliki pacar dan merasa cemburu melihat teman-teman yang punya pacar.
Kusetubuhi Mama Kawanku 02
Sambungan dari bagian 01 Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, "Aduh, hari ini kok panas sekali. . . ". Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, "Mas Endy ada telpon tuh. . ! ". Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, "Halo. . ? ". "Ini Endy yach. . ? " tanya orang lawan bicara saya. Saya jawab, "Iya, disana siapa yach. . ? ". "Kamu udah lupa yach ama saya. . ? " dengan logat memancing. Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, "Disana siapa sich kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih. . ! ". "Kok marah sich. . ? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi," kata lawan bicara saya lagi. Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, "Oh, ini Tante Nita yach. . ? Sori Tante gua lagi nggak mood nih. . . Tante sich main-main aja. . . ". Lalu Tante Nita berkata, "Nggak mood yach. . ? Jadi sama Tante juga nggak mood donk. . ? Tadinya Tante mo ajak. . . ".
Madame 03
"bisa diintip dari luar", "Gimana kalau dia sudah masuk dan mengetahui kita sedang berbuat ini? " "Yang jelas kamu bukan polisi yang serba tahu dan suka menebak-nebak", ia berdiri, penisku tercabut dari liangnya, ada sedikit rasa geli saat batangku tergesek dindingnya. "Aouw. . ah geli, Gus. . . kamu mau lanjutin sampai kamu puas? Ibu siap, siap layani kamu sampai ini bisa dikatakan seimbang dan adil", katanya sembari memberi senyuman ke arahku. Sepertinya akan ada permainan lagi. Aku belum puas menikmati tubuh ini, belum sempat menindihnya, menggumulinya dan aahh. . menidurinya sepuas hati sampai wanita ini berteriak minta ampun. "Tapi ini jam rawan Pak Rudi pulang? " "Tapi Bu? Kalau Bapak datang? " "Tenang. . . sayang, serahkan itu pada ibu", katanya, ia lalu meraih baju tidur, BH dan celana dalamnya yang tercecer di karpet. BH dan celana dalamnya ia pegang sementara gaun tidur itu ia kenakan lagi. Aku mengikutinya mengenakan juga celana pendek dan baju kaos tanpa celana dalam. Bu Linda melangkah ke meja kecil di pojok ruangan lalu beberapa saat kemudian ia sudah menunggu jawaban dari gagang telepon yang menempel di telinganya. Aku mulai bisa menebak akal-akalan ini. "Halo Pak, bapak di mana? "
Madame 02
Kami berdua terdiam sejenak, merasakan hal yang sama tetapi malu untuk mengungkapkannya. Aku terpesona oleh Bu Linda, perempuan paruh baya tercantik yang pernah kulihat. Ia kemudian bertanya tentang kabar buruk elite pemerintah yang suka "jajanan". Ini kesempatan baik! Aku menjelaskan bahwa aku pernah meneliti tentang itu, dan 60 persen pejabat mengaku pernah melakukannya. Bu Linda terkejut dan menatapku tajam, membuatku merasa lebih percaya diri saat berbicara dengannya.
Madame 01
Kisah ini adalah asli seperti yang diceritakan oleh tokoh aslinya. Penulis ingin berbagi pengalaman pribadinya saat melakukan penelitian ilmiah di Manado. Ia mendapat dukungan dari sponsor dan pemerintah selama satu setengah bulan. Para pejabat daerah menyambutnya dengan antusias karena berharap penelitian ini dapat membantu perkembangan ekonomi. Penulis, yang bernama Agus, berusia 24 tahun dan seorang mahasiswa pertukaran di University of Osaka. Dia juga menyebutkan ketertarikan pada wanita paruh baya.