Kategori: Setengah_baya

Gairah Nakal Seorang Perawan Tua 02
Sambungan dari bagian 01, tangan Mbak In masih memegangi tanganku. Matanya terbuka dan dia tersenyum. Aku mencium lembut bibir, pipi, telinga, dan tengkuknya. Dia bertanya, "Apa lagi sekarang, Gus? ". Aku melepas tangannya dan meminta dia melingkarkan tangan kanannya ke leherku. Kucium lehernya dan merasakan darah berdebar cepat. Saat melihat cermin, aku terkejut melihat bulu ketiaknya yang lebat. Meskipun aku sebelumnya tidak tertarik dengan ketiak berbulu, kini aku merasa tertarik. Aku bertanya apakah dia tidak pernah mencukur, dan dia menjawab tidak merasa terganggu.

Gairah Nakal Seorang Perawan Tua 01
Namaku Bagus Hermanto. Kini aku berumur 25 tahun. Aku mengenal seks sejak 18 tahun, diajari oleh Mbak Wiwik Widayanti, mahasiswi S2 yang kos di rumahku di Yogya. Aku butuh waktu 2 bulan untuk merasakan hubungan seks yang sebenarnya. Setelah itu, aku mencoba berbagai wanita, dari pelacur sampai wanita baik-baik, tetapi aku tidak merasa puas. Perubahannya terjadi saat aku bertemu Mbak Indriani, seorang akuntan berusia 42 tahun, yang tidak cantik tetapi memiliki daya tarik tersendiri.

Istri Tetanggaku 02
Di rumah, aku mencoba untuk tidur, tapi tidak bisa. Aku terus memikirkan Bu Tadi yang sendirian di rumahnya. Ada dorongan untuk mengunjunginya. Tanpa sadar, aku sudah pergi ke rumah Bu Tadi dan mengetuk kaca naonnya. Terdengar suara dari dalam, tapi sepi. Bu Tadi berkata untuk masuk lewat belakang. Setelah itu, aku memeluk dan mencium Bu Tadi dengan penuh kerinduan. Kami berpelukan dan berciuman dengan semakin bernafsu. Aku mengungkapkan rasa rinduku padanya.

Istri Tetanggaku 01
Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan lancar, dengan satu grup yang terdiri dari tiga orang setiap malam. Sebagai anak muda yang bekerja, aku mendapatkan giliran ronda pada malam minggu. Suatu malam, hanya aku yang hadir sampai pukul 23. 00 karena dua temanku tidak muncul. Walaupun ronda sukarela, aku berjalan-jalan mengontrol kampung sendiri. Saat lewat di samping rumah Pak Tadi, aku melihat kaca nako yang belum tertutup dan mendengar suara aneh dari dalam kamar, ternyata suara orang bersetubuh.

Madame 04
Sambungan dari bagian 03. Aku menutup pintu kamar dan terpaku sejenak. Aku sadar bahwa aku tidak seharusnya memaksakan permainan ini. Jika Pak Rudi tahu, aku bisa dalam bahaya. Dengan hati-hati, aku mendekat ke pintu dan menempelkan telinga, berharap mendengar apa yang terjadi di bawah. Aku mendengar suara Pak Rudi yang lelah saat pulang. Setelah itu, terdengar langkah masuk ke kamar. Aku tegang, memikirkan apakah Bu Linda akan menjelaskan kenapa dia berkeringat. Aku berusaha menenangkan diri dan berbaring, tetapi wajah Bu Linda tanpa busana terus terbayang.

Bercumbu dengan Tante Linda
Namaku Ade, umurku sekitar 19 tahun, dan kini kuliah di OSU, Amerika. Aku kost di rumah Tante Linda, kenalan Oomku yang sangat baik. Dia adalah istri simpanan orang kaya, namun sudah tua. Rumahnya sepi karena jarang ada pembantu. Tante Linda terlihat seksi dengan tubuh yang menawan dan tinggi sekitar 175 cm. Walaupun usianya 33 tahun, kulitnya masih mulus. Aku betah di rumahnya karena kami sering mengobrol dan dia terlihat kesepian, karena suaminya jarang pulang. Aku berusaha menjadi teman dekatnya.

Mbak Sus, Oh Mbak Sus
Setelah mandi, Mbak Sus sering berkeliling di depan kami hanya dengan handuk. Robin mempertanyakan keyakinan kami tentang niat Mbak Sus, mengatakan bahwa dia mungkin mengundang perhatian. Pikiranku terganggu oleh ucapan tersebut, dan aku mulai memperhatikan Mbak Sus lebih seksama. Selama setahun tinggal di kos, aku sangat terangsang dengan penampilannya. Aku ingin lebih dekat dan sering berbincang dengannya. Suatu ketika, tanganku menyentuh pinggulnya, dan dia tidak marah, malah berkata tidak masalah jika itu disengaja.

Gairah Tante Vivi 03
Sambungan dari bagian 02 Tante Vivi sambil tersenyum manis ke arahku rebah telentang dengan posisi setengah mengangkang mempertontonkan seluruh anggota tubuhnya yang paling terlarang. Kedua buah dadanya yang ternyata memang sangat besar terlihat masih begitu kencang, sama sekali tidak kendor, membentuk bulatan indah bak buah semangka. Kedua puting payudaranya yang kecil berwarna coklat kemerahan mengacung ke atas seolah menantangku untuk segera kujamah. Begitu pula perutnya masih terlihat ramping dan seksi tanpa lipatan lemak, menandakan Tante Vivi belum pernah melahirkan seorang anak. Aku menelan ludah melihat bagian bawah tubuhnya yang kini ternyata tak memiliki sehelai rambutpun. Rupanya Tante Vivi telah mencukur habis bulu kemaluannya yang kemarin sempat kulihat begitu sangar dan vulgar. oohh..., tanpa terasa mulutku mendesah takjub menyaksikan keindahan bukit kemaluannya yang besar. Seumur hidup

Gairah Tante Vivi 02
Sambungan dari bagian 01, selama 30 menit, aku mengajari Tante Vivi tentang penggunaan program aplikasi Windows dan Internet. Aku mencoba menjelaskan dengan singkat agar tidak membuang waktu, tetapi sudah larut malam. Aku mengatakan, "Sudah malem Tante. . . , besok-besok khan masih bisa belajar Tante. . . , mm sekarang saya pulang dulu ya Tante. . . ". Tante Vivi berterima kasih dan menanyakan bagaimana cara mengucapkan terima kasih padaku. Di depan pintu, setelah perpisahan, tiba-tiba ada laba-laba hitam yang membuatku kaget.

Gairah Tante Vivi 01
Tante Vivi menyuruhku datang ke rumahnya malam ini, tetapi aku ragu karena lebih suka pergi bersama pacarku, Selva. Ketika Tante Vivi menelepon dan menunjukkan kekecewaan karena aku belum berangkat, aku beralasan karena hujan gerimis. Tante Vivi kemudian menawarkan untuk menjemputku. Meskipun awalnya aku menolak dan memutuskan untuk pergi, Tante Vivi minta agar Selva tidak diajak. Aku merasa kesal karena merasa terpaksa pergi ke sana malam-malam.

Ibu Kost
Cerita ini terjadi beberapa bulan yang lalu ketika saya dinas ke Surabaya. Saya mendapat tiket kereta api Argo Bromo yang tiba di Surabaya pukul 04. 00 pagi. Saya menghubungi teman yang kost dekat kantor untuk istirahat. Saya sampai di kost teman pukul 04. 45 dan langsung tidur di dipan tambahan. Setelah bangun pukul 09. 00, saya mendapati teman-teman sudah berangkat kerja. Saya turun ke lantai I untuk mandi, karena kamar mandi di lantai II rusak. Setelah mandi, ibu kost memanggil saya untuk minum kopi yang sudah disiapkan.

Bu Lestari 02
Kami terus bergerak tanpa adanya kecurigaan dari orang-orang di sekitar. Suatu hari, Pak Falcon, tetangga kami, mengadakan pernikahan anaknya. Seharian itu, saya merasa cemburu. Pada acara pernikahan, Pak Bagong dan Bu Tari menjadi penerima tamu. Mereka mengenakan pakaian adat Jawa yang membuat saya terpesona, terutama Bu Tari dengan senyumnya dan gerakan pinggulnya. Saya melihat beberapa tamu pria memperhatikan Bu Tari, dan itu membuat saya marah. Tiba-tiba, Mbak Suti memberitahu bahwa adik Pak Bagong mengalami kecelakaan.