Kategori: Sesama_pria

Gay Sejak SMP
Aku mengenal dunia ini saat umurku 12 tahun. Setelah tamat SD pada tahun 1994, aku ingin melanjutkan ke SLTP, tetapi karena di desaku tidak ada SLTP, aku terpaksa sekolah di Kota Bumi, tempat kakakku. Aku merasa bahwa aku akan menemukan kebahagiaan di sana. Di rumah kakakku, aku bertemu dengan keponakan angkatku, Anto, yang lebih tua 3 tahun, tetapi baru kelas 2. Kami cepat akrab dan selalu bersama, saling menghibur, sehingga sering digosipkan di sekolah.

Lukisan Erotis
Hampir putus asa aku mengejar wawancara, padahal waktu cetak sudah mendesak. Aku pergi ke Semarang untuk menemui tokoh yang mengadakan jumpa fans terkait film baru yang dianggap terobosan. Setiap kali menghubungi, hanya nada pesan yang terdengar. Setelah menunggu di Hotel Graha Santika, akhirnya dia menyapaku dan mengajakku bertemu pukul 10:00 malam di kolam renang. Aku setuju dan pergi ke kolam renang di hotel yang memiliki arsitektur tropis.

Bodyguard
"Tom, kau dipanggil Boss," kata Ronald, teman seruangku. Aku masuk ke ruang Bossku dan melihat dua tamu pria, Bapak Edward dan Bapak Kris. Tugasku adalah mendampingi mereka selama dua minggu dan membantu segala keperluan mereka. Saat itu, mereka melakukan inspeksi. Suatu saat, aku kembali ke apartemen untuk mengambil tas kerja Mr. Edward dan menemukan majalah pria telanjang di dekatnya. Meski terkejut, aku harus menghormati posisiku. Selama tugas, aku bebas dari pekerjaan sehari-hari, kecuali malam Minggu.

Kisah Seorang Gay Bayaran 02
Mata Rizki terbelalak saat keluar dari kamar mandi dan melihat Bram, Luke, dan Eric menonton film. Bram menyapa dan memperkenalkan Luke dan Eric kepada Rizki. Mereka semua saling berjabat tangan. Luke menjelaskan bahwa ia baru saja membeli keperluan rumah. Rizki merasa terpesona oleh penampilan mereka. Luke kemudian mengganti film dengan yang baru yang dia pinjam dari Rudy dan mengundang Rizki untuk menonton. Saat di sofa, Luke mulai meraba Rizki yang tidak menolak karena sudah dibayar.

Kisah Seorang Gay Bayaran 01
Pagi itu, jam 6:00, hari Minggu, aku sedang menikmati kopi susu dan membaca koran di teras. Tiba-tiba, terdengar suara meminta tolong dari luar. Temanku, Rizki, muncul dengan tubuh penuh luka dan meminta bantuan. Aku segera membawanya masuk dan bertanya tentang keadaannya. Rizki terlihat sangat lemah dan kesakitan. Aku memanggil papaku untuk membantu, dan kami segera pergi ke rumah sakit karena melihat kondisinya yang mengkhawatirkan. Rizki, yang biasanya tampak bersih dan cantik, terlihat sangat terluka.

Kisah Asmara Orang Gay
"Hari ini kita akan mencatat resensi buku puisi," kata guru bahasa. Aku lupa bawa bolpoint dan meminta kepada Abi, teman sebelahku. Abi menawarkan bolpointnya dan berkata tidak perlu khawatir. Saat siang, aku makan sendiri di rumah karena orang tuaku bekerja dan kakakku ada pentas musik. Setelah makan, aku beristirahat sambil mendengarkan musik Whitney Houston. Terdengar suara ketukan di pintu, dan setelah kubuka, Abi datang dengan senyuman manis, biasa bermain dan ngobrol di tempatku.

Om Heru dan Kakekku
Sewaktu aku duduk di kelas dua SMP, aku tinggal sementara di rumah kakek karena baru pindah dari luar kota. Rumah kakek cukup besar dan dihuni oleh beberapa pamanku. Kami sering makan malam bersama, sehingga saling akrab. Aku memiliki nafsu seks yang tinggi, yang hanya kulampiaskan dengan beronani. Suatu hari, aku menemukan buku cerita porno di kamar Om Sulis, yang belum menikah. Aku membaca buku itu sambil melakukan masturbasi selama dua minggu, meskipun ceritanya sama berulang-ulang.

Percintaan Gay yang Nekat
Kupikir, apa yang akan kuceritakan ini sedikit gila. Belum pernah aku seberani ini dalam hal cowok. Aku sudah punya pengalaman, tetapi yang ini baru. Tanpa ada perkenalan atau pendekatan, aku merasa minim pengalaman. Di hari minggu, karena tidak pergi ke kantor, pikiranku terus memikirkan ML. Celakanya, aku tidak punya siapa-siapa untuk diajak. Teman serumah sudah menikah dan bukan tipeku. Akhirnya, semua berakhir di kamar mandi, tetapi itu hanya sementara dan tidak menyelesaikan masalahku.

Impian Duda Gay
"Ya Tuhan! " aku teriak, "Sebentar, Pak. " Aku menutup telepon dengan cepat. Lalu, aku mengambil handuk dan membungkus tubuhku. Aku bergegas ke pintu depan. "Maaf, Pak. Masuk. Kenapa tidak ketuk pintu saja? " Aku mempersilakan Pak Bambang duduk. Dia hanya tersenyum sambil mendekati kursi. "Kamu sedang apa, Man? " tanyanya sambil tersenyum. "Euh. . maaf. " Aku baru sadar menutup pintu dan duduk di depan Pak Bambang. Dia adalah tetanggaku yang masih membujang. Diketahui, aku duduk dengan membuka kaki, sehingga dia bisa melihat burung kecilku. "Euu. . kamu. . sedang mandi, kan? " tanyanya gugup. "Tidak. Sedang nonton TV, Pak. " Dia tampak terpaku pada burungku. Aku pun ingin memperlihatkannya, dan perlahan burung di handukku mulai mengeras.

Pertemuan di Pool Taksi
Namaku Andi. Aku mengenal dunia ini tahun 1999, saat berusia 19 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan taksi. Aku bekerja sebagai Chaperone di salah satu sekolah luar negeri di Bintaro. Di pool taksi, aku bertemu dengan seorang staff yang memiliki kelainan seksual, yang mengejutkanku karena aku baru mengenal dunia ini. Pada tanggal 30 November 1999, setelah menyelesaikan tugas part time, aku menemui omku yang ada di pool. Setelah itu, aku bertemu dengan staff tersebut, kami saling tersenyum, dan dia memberi tatapan yang membuatku tidak nyaman. Aku kemudian duduk di dekat pos satpam sambil menunggu.

Anak-Anak Ibu Kostku
Saya baru kuliah di Jogja dan tinggal di kost. Kost saya ada fasilitas seperti televisi, VCD, dan Playstation. Saya baru semester dua, jadi saya masih suka bermain. Di kost hanya ada 6 kamar dan satu rumah induk. Ibu kost memiliki tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan yang masih kecil. Anak-anaknya sering bermain di kamar saya, kadang mengganggu waktu tidur dan belajar. Meski begitu, saya suka mereka karena lucu. Kadang saya bermain Playstation dengan yang SMP dan merasa ada ketertarikan emosional.

Pemuda Desa Impianku
Peristiwa ini terjadi di bulan Juli-Agustus 1992, saat aku, Dani, berumur 23 tahun dan sedang di semester terakhir di Fakultas Psikologi di Jakarta. Karena malas membuat skripsi, aku ikut KKN untuk menambah pengalaman. Kami berada di desa terpencil dekat perkampungan Badui, dengan kondisi yang sangat terpencil tanpa listrik dan jalan becek. Setelah beberapa hari merasa bosan, kejadian tak terduga muncul ketika aku dikenalkan kepada seorang pemuda desa bernama Adi yang baru lulus SMU, dan aku merasakan sesuatu yang berbeda.