Kategori: Konvensional

Itha
Sore pukul 15. 00 WIB, saya bersama Ferry menjemput Giant di Bandara Soekarno-Hatta setelah tugasnya di Portugal. Setelah menunggu, pesawat Giant mendarat dan kami berbincang seputar wanita-wanita Portugal yang ia ceritakan dengan rinci. Kami merasa gerah dengan obrolan itu. Ferry bertanya kepada Giant tentang perbandingan pengalaman dengan wanita Indonesia. Giant menjawab tentang pengalamannya dan menyatakan bahwa vagina Indonesia lebih enak. Saya kemudian mengusulkan untuk merasakan vagina Indonesia sebelum Giant pulang. Ferry setuju karena sudah dua minggu tidak merasakan.

Birahi Perawat 03
Ya teh. . ", kataku bercanda. "Yaa gitulah. . . , antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu. " Oh my God. . . , benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian. Dia belum mengalami orgasme, tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar. Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air. "Minum deh. . , biar kamu segeran. . ". "Nuhun teh. . , tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh. . ". Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine. Aku meraih tangan teh Ine dan kubaringkan tubuhnya di atas ranjang. "Eeehh. . , pelan-pelan Fi. . ", teriak teh Ine dengan geli. "Teteh mau diapain sih? ", lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu dan kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet. Juga, syaraf-syaraf dekat pinggulku merasakan penisku yang menempel dengan vaginanya walaupun masih tertutup. Kusaksikan wajah teh Ine yang sudah terdapat kerut-kerut kecil.

Birahi Perawat 02
Tiba-tiba aku merasakan pelukan Tati semakin erat. Dia mulai menegang dan nafasnya cepat. Tati mengeluarkan jeritan panjang dan tiba-tiba ada cairan hangat. Dia terlihat menikmati momen itu. Aku tidak berhenti bergerak, dan Tati meminta untuk terus melakukannya. Setelah beberapa saat, kami berdua mengalami ke puncak kenikmatan yang dalam. Setelah itu, kami terkulai lemas dan berpelukan, memikirkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan datang.

Kerja Praktek
Hai, perkenalkan namaku Sascha, umurku sekarang 19 tahun. Aku mau menceritakan pengalamanku yang baru saja kulewati, kurang lebih 3 bulan yang lalu. Waktu itu tanggal 10 Februari 2000 aku diterima untuk PKL di sebuah BUMN milik Pemerintah. Paginya aku dipanggil untuk Interview dan langsung bisa mulai PKL hari itu juga. Pembimbingku bernama Bapak NS. Untuk 2 minggu pertama, semua berjalan lancar dan Pak NS bersikap baik. Namun, setelah kami semakin akrab, sifat sebenarnya Pak NS mulai terlihat. Pada tanggal 28 Februari, ia meminta aku ke ruangannya untuk mengukur baju seragam. Saat aku bertanya kenapa, jawabannya membuatku sangat bahagia.

Perjalanan Wisata
Masih teringat dengan jelas, pada 10 Desember 1999, aku mengikuti tour ke pulau Bali dengan bis yang dijadwalkan berangkat pukul 17. 00. Peserta yang sebagian besar kaum muda berkumpul dan masuk ke bis sesuai nomor kursi. Aku, Tony, seorang pegawai Bank di Malang, menanyakan tempat dudukku kepada seorang wanita di samping jendela. Dia mengiyakan dan mulai mengemasi barang-barangnya. Kami berbasa-basi, dan dia mengaku sering mengikuti acara seperti ini, tapi baru sekali dengan biro jasa ini.

Tubuh Mungil Susan
Saya punya kenalan anak fakultas sastra, namanya Susan. Dia anak mungil dan kulitnya putih bersih. Saya kuliah di fakultas kedokteran. Suatu kali, saya jemput Susan pulang. Di rumahnya, dia ajak saya masuk karena rumahnya kosong. Saya duduk di sofa, dia masuk kamar untuk mandi. Ketika keluar, dia mengenakan kaos dan rok pendek sambil membawa minuman. Saya terangsang dan mulai membayangkan tubuhnya. Susan bertanya kenapa saya menatapnya, dan saya tidak sengaja terjebak dalam pikiran erotis.

Pengalaman Mengasyikkan
Aku sekedar ingin berbagi pengalaman ketika aku bersenggama dengan temanku yang bernama Reni. Ia adalah teman kuliahku yang berkulit putih mulus serta seksi sekali. Suatu ketika aku berkunjung ke rumahnya, rumahnya sedang kosong. Ketika aku diajak masuk, ia sedang nonton film. Ternyata, ia cukup menikmati tontonan tersebut. Ia mengelus-elus pahaku dan kemudian ke arah yang lain. Ia tampak girang melihat reaksiku dan langsung mengelus serta menciumi kemaluanku. Aku langsung melanjutkan aksi tersebut dan merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Surga Dunia
Ani baru 17 hari tinggal bersama ibunya di Amerika dan merasa berat ditinggal Papa. Ibunya bekerja di kedutaan RI sebagai sekretaris atase. Ani kurang pergaulan meskipun memiliki wajah dan tubuh yang agak menarik. Ibunya meminta Tante Yores, seorang Italia, membawa Ani ke pesta dansa. Malam itu, di musim dingin, mereka pergi ke pesta di Wai Hamberg Street. Di ruang ganti, Tante Yores menyuruh Ani mengganti pakaiannya dengan pakaian dalam yang aneh dan mirip kostum Halloween. Ani merasa keberatan tetapi. . .

Pak Guru
Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di SMA swasta. Penampilanku terlihat menarik dengan kulit putih kekuningan, tubuh langsing, dan rambut hitam lebat. Aku dikenal ramah dan memiliki banyak teman dari kelas II dan III. Dalam akademik, aku ranking 6 dari 10 murid terbaik. Guru-guru senang padaku karena aku bisa diajak berdiskusi. Salah satu guru yang aku sukai adalah guru bahasa Inggris yang ganteng dan berusia 27 tahun.

Namaku Elang 05
Aku menciumi leher Srida, lalu ke dagunya, dan akhirnya ke bibirnya. Srida membalas dengan perlahan. Lidahku masuk ke mulutnya, awalnya dia menolak, tetapi akhirnya pasrah. Lidah kami saling pilin. Aku menggigit bibirnya dan dia mulai merasa nafsu lagi. Ciuman kami semakin panas, dan keringat mengucur. Tangan Srida bergerak ke bawah, meraba celanaku. Dia mengusap kejantananku, dan semakin panas rasanya. Saat jemarinya masuk di celana, aku tak bisa menahan diri lagi. Aku berdiri, dan Srida duduk kembali. Aku membuka sabuk dan celanaku. Srida melihat tonjolan di balik underwear-ku dan perlahan menurunkannya.

Namaku Elang 04
Kereta tiba di Gambir terlambat, dan aku segera keluar dengan ransel kuningku. Srida sedang duduk membaca. Kami memutuskan untuk pergi bersama, tapi tidak ada tujuan yang jelas. Aku menyarankan untuk ke tempat karaoke di Acacia Hotel, namun Srida mengatakan kami tidak akan karaoke. Dia terlihat mengantuk, tapi tidak mau mengakuinya. Aku bertanya tentang tidurnya, dan dia mengeluh sulit tidur. Aku menawarkan untuk memesan kamar di hotel, karena ada tayangan bola di sana.

Namaku Elang 03
Sambungan dari bagian 02 "Bang. " Suaranya memanggilku serak dan melangkah ke dalam bath tub mendekatiku. Sinar lampu kamar mandi menimpa tubuhnya. Aku hanya dapat memandanginya, melihat wajah, rambut, hidung, dan matanya. Tangannya meraih wajahku dan mengelus pipi serta leherku. Dia kemudian menyentuh dadaku dan memainkan puting susuku. Aku menghela nafas saat bibirnya tiba di pentil susuku, mengecup dan menjilati. Tangan kami saling menjelajahi tubuh satu sama lain.