Kategori: Konvensional

Bi Asih 01
Waktu itu, umur saya 14 tahun dan masih SMP kelas 3. Sejak SD, saya sering membaca buku-buku porno yang dipinjam dari teman. Saya juga melihat foto-foto porno, dan saat membaca buku tersebut, penis saya menjadi keras. Saya anak ketiga, dengan dua kakak perempuan yang sudah menikah. Saya tinggal dengan ibu dan ayah. Saya termasuk anak yang besar untuk ukuran SMP, bahkan lebih tinggi dari ayah saya. Saya pernah mengukur penis saya dan panjangnya sekitar 17 cm, yang paling saya tidak tahan adalah saat di kelas, saya sering memperhatikan Ibu Ina, guru saya.

Anak SMU di Desa 02
Setelah diam sesaat, aku kembali mengatur posisi War yang terbaring telentang. Kulihat sisa air matanya dan mencium kedua matanya. Secara perlahan, ciumanku bergerak turun ke hidung dan pipi kiri, kemudian menuju bibirnya. Karena War tidak menolak, aku semakin berani dan melanjutkan. Tiba-tiba War memelukku dan mencari bibirku. Kami berciuman cukup lama. Aku juga menyentuh buah dadanya dan sedikit meremas. Setelah melepas kancing bajunya, terlihat dua bukit tertutup BH putih yang kuusaha lepas.

Anak SMU di Desa 01
Aku tinggal di Cirebon dan bekerja dekat Indramayu, sekitar 45 Km yang kutempuh dalam 1 jam dengan kendaraan kantor. Setiap pagi, aku berangkat jam 06. 30 melewati jalan yang sama. Di sepanjang jalan, terlihat anak-anak sekolah dari SD, SMP, dan SMU menunggu angkutan umum. Karena angkutan terbatas, mereka mencoba menghentikan kendaraan yang lewat. Suatu hari Senin di bulan Oktober 98, aku keluar rumah jam 06. 45 dan melihat jalan yang biasanya ramai mulai sepi, mungkin anak-anak sudah mendapatkan tumpangan.

Liburan yang Tak Terlupakan 02
Sekitar satu jam setelah Yeyen dan Mas Zani keluar dari kamar, Mas Zani mengajak aku berenang. Aku awalnya kecewa karena tidak membawa celana renang, tapi Mas Zani bilang bisa pinjam di sana. Kami bersiap untuk pergi, namun mobil yang mau digunakan tidak bisa dipakai karena akan dibawa papanya Mas Zani. Akhirnya, Mas Zani memanggil taksi dan kami menjemput Yeyen. Ternyata, adiknya, Lenny, juga ikut meski katanya sakit tenggorokan. Kami pergi ke Graha Residen untuk berenang.

Liburan yang Tak Terlupakan 01
Namaku Doni, aku tinggal di kota K. Pada tanggal 22 Mei 1999, aku pergi ke Surabaya untuk liburan. Setelah berkeliling, aku mengunjungi rumah temanku di kawasan DK. Keluarga mereka sudah sangat akrab dengan keluargaku. Di rumah itu ada Mas Zani, adiknya yang masih SMU, sepupunya, dan orang tua mereka. Keesokan harinya, Mas Zani mengajakku makan dan jalan-jalan di mall, dan dia mengajak ceweknya, Yeyen, yang tinggal dekat rumahnya. Kami makan di restoran seafood lalu kembali ke tempat kos Yeyen.

Hanya Cinta Sesaat 02
Aku berhenti menjilat Eryani karena leherku sakit dengan posisiku yang tengkurap. Penisku masih berdiri, dan aku takut jika memasukkannya ke vagina Eryani, dia akan terbangun dan mengusirku. Jadi, aku keluar di kamar mandi beberapa kali sambil membayangkan enaknya vagina Eryani. Setelah itu, aku tidur di lantai, tetapi sulit terlelap. Bangun jam 5 pagi, aku mengamati Eryani yang masih tidur. Kup kiss pipinya dan bibirnya, merangsangku lagi, tanganku mulai merayap ke payudaranya. Tiba-tiba, Eryani terbangun dan mengusap matanya.

Hanya Cinta Sesaat 01
Namaku Iwan, 23 tahun. Aku baru diterima kerja di sebuah Travel Agent di Ruko kawasan Mangga Dua Jakarta setelah lulus kuliah di AKPAR di Jogja pada Juli 98. Aku sudah melamar di Travel Agent di Jogja, namun tidak ada yang mau menerima. Karena itu, aku pindah ke Jakarta dan kost di Kemayoran bersama temanku. Bulan Desember, aku mulai bekerja di Travel Agent. Di hari pertamaku, aku datang pagi-pagi dan tiba di kantor sebelum jam 8. 30, namun kantor belum buka. Aku bertemu cewek yang membuka rolling door ruko sebelah dan mengajak berbasa-basi.

Pengalaman di Rumah Sakit
Dua tahun lalu, kakekku sakit dan perlu menjalani operasi karena kemaluannya tersumbat. Aku tidak berani mengambil keputusan sendiri dan berkumpul dengan anak-anaknya, termasuk ayahku, untuk membahasnya. Setelah sepakat, kakekku dibawa ke RS di kota S, di mana anak-anaknya tinggal. Saat di RS, kakekku ditempatkan di kelas tiga dengan sedikit pasien. Di sebelahnya ada pasien dengan penyakit yang sama, dijaga oleh istri dan dua anak perempuan yang manis. Aku mulai berkenalan dan bercerita tentang penyakit kami.

Bibiku Sayang
Kini aku sudah berusia 35 tahun dan sudah mempunyai seorang istri dan dua orang anak. Kisah yang kualami terjadi ketika aku berusia 25 tahun saat masih menjadi mahasiswa. Waktu itu, aku tinggal di pemondokan dengan 20 orang teman. Kami memiliki seorang pembantu wanita yang mengurus masak dan bersih-bersih. Biasanya, hubungan kami cukup akrab dan kami sering membahas berbagai hal. Suatu hari, bibi datang dari pasar membawa terong panjang. Aku menggoda bibi dengan terong tersebut yang aku bentuk menyerupai alat kelamin laki-laki.

Mahasiswiku Kekasihku
Namaku D, aku dipaksa kawin demi bisnis orang tuaku. Istriku dari keluarga kaya, tapi tidak menghargai aku. Setelah 3 tahun tanpa anak, aku pilih cerai dan pindah dari kota B. Aku bekerja sebagai pemborong dan asisten di Universitas T. Di umur 31 tahun, aku merasa hidup bebas meski tidak kaya. Aku bertemu M, mahasiswi tahun ke-2, yang ingin bekerja sebagai desainer proyekku. Kami mulai bekerja sama dan berdiskusi tentang desain ruang, dan hubungan kami semakin dekat.

Aku yang Dimadu
Sebut saja namaku Christine, aku berasal dari kota S. Aku berhasil dalam pendidikan dan lulus perguruan tinggi dengan baik, tetapi itu tidak menjamin kebahagiaan. Aku dididik secara kolot dan menjadi pendiam. Meski begitu, aku dapat menemukan jodoh di usia 21 tahun, suamiku yang berusia 31 tahun adalah orang yang kaya dan pengertian. Orang tuaku yang otoriter juga memilihkan pria yang berkualitas. Kami memiliki dua anak dan hidup berkecukupan, tetapi terkadang ada masalah dalam hubungan kami.

Luci
Kejadian ini satu tahun lalu saat saya kuliah semester akhir di Jakarta. Saya dikenalkan kepada seorang gadis bernama Luci oleh teman saya. Luci cantik, dengan rambut pendek dan kulit putih. Saat itu dia masih kelas 2 SMU. Kami merencanakan liburan ke villa bersama tujuh orang, empat cewek dan tiga cowok. Saya dan Luci tidak pacaran, tapi kami semakin akrab di perjalanan. Setibanya di villa, saya mengajaknya jalan-jalan dan merangkulnya. Ketika saya mengajaknya tidur bareng, dia tersenyum dan mengiyakan.