Kategori: Konvensional

Cyberlove Story 01
Teknologi sangat mempengaruhi perilaku manusia. Dengan kemajuan teknologi jaringan, orang dapat melakukan banyak aktivitas dari rumah, seperti berkomunikasi, berbelanja, dan mencari informasi, tanpa harus keluar rumah. Ini membuat pekerjaan bisa dilakukan tanpa perlu ruang kantor yang mahal, dan bos bisa saja tidak bertemu langsung dengan staf. Selain itu, cinta juga bisa dimulai dari dunia maya, yang dikenal sebagai Cyber Love. Namun, pengalaman penulis dalam cinta cyber tidak selalu bahagia, karena kedua kisah cintanya berakhir dengan ketidakbahagiaan. Penulis ingin berbagi kisah ini kepada pembaca di 17Tahun.com, terutama bagi yang tidak tertarik dengan cerita perselingkuhan dan kegagalan.

Berenang
Hai, perkenankan aku untuk sedikit bercerita tentang pengalamanku. Aku memiliki seorang anak laki-laki yang telah berusia 5 tahun dan duduk di bangku TK-B. Aku dan istriku sama-sama bekerja, sehingga anakku biasanya kutitipkan di rumah kakak iparku. Namun, kakak iparku pindah ke Sumatra karena suaminya ditugaskan di kota Medan. Sejak itu, kami harus membayar seorang babysitter untuk menjaga anak kami. Kami telah mengganti babysitter sebanyak lima kali dalam dua bulan, namun akhirnya ada babysitter yang bertahan hampir tiga bulan.

Malam Minggu yang Mengesankan
Saya adalah seorang mahasiswi berumur 20 tahun bernama Tisya, yang kuliah di universitas di Jakarta. Karena universitas saya jauh dari Yogyakarta, orangtua saya mengijinkan saya tinggal di rumah kakak saya yang baru menikah. Beberapa bulan lalu, setelah pernikahan kakak saya, mereka sering keluar malam dan saya harus menjaga rumah sendirian. Suatu malam, saya dan teman-teman bermain di rumah dan setelah jam 10 malam, hanya Izal dan Nando yang tinggal menemani saya. Kami menonton video sampai mengantuk dan jam sudah menunjukkan pukul 01:00 dini hari.

Cinta Tidak Harus Memiliki
Cinta tidak harus memiliki, kata Rani. Dia pergi dengan mudah, meninggalkan kenangan kita. Aku bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan, apakah harus membiarkannya pergi dan menunggu sampai ia lelah. Aku ingin Rani menjadi istriku, tetapi dia hanya terdiam dan mengatakan cinta tidak memiliki makna kepemilikan. Rani bangun, bersiap-siap pulang tanpa ingin dijemput. Dia mencium keningku dan menyuruhku untuk tidak bengong, sementara aku masih mencoba memahami semua ini.

Pertemuan di Kereta Api
Aku kebetulan ada tugas di Jakarta, berangkat tanggal 1 Februari 2001, naik kereta eksekutif. Di sampingku duduk seorang cewek cantik. Aku basa-basi menyapa dan setelah meletakkan tas, aku duduk di sampingnya. Cewek itu mirip Tia Ivanka dan Nafa Urbach. Sambil perjalanan, aku membaca majalah Liga Italia, yang ternyata menarik perhatian dia. Kami ngobrol banyak tentang sepak bola, dan dia lalu bertanya pekerjaanku di Jakarta. Aku menjawab bahwa aku kerja di kantor pengacara dan kami terus berbicara.

Berawal dari Meja Billiard 02
Kemudian, aku memegang pipinya sambil terus mencium bibirnya dengan lembut. Nafas kami berdua mulai tidak beraturan, lalu aku memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Dia awalnya agak terkejut, namun kemudian membalas dengan lebih semangat. Suara kami tidak kami hiraukan saat kami saling berciuman. Kami berada di mobil, aku di jok depan dan dia di sampingku. Setelah beberapa saat, aku mengusulkan untuk pindah ke belakang. Kami kemudian pindah, dan aku mulai menghampiri wajahnya, sambil mengatakan, "Aku sayang kamu Lia. . " sambil mencium.

Berawal dari Meja Billiard 01
Hallo penggemar situs 17tahun.com, aku ingin menceritakan pengalamanku lagi. Ini adalah cerita nyata, tanpa mengubah alur. Mungkin ada tambahan kalimat untuk mendukung cerita ini. Mohon maaf jika ada kalimat yang kurang teratur, dan terima kasih atas tanggapannya terhadap cerita sebelumnya, saya sudah berusaha membalas email yang dikirim. Pada 4 Mei 2001, aku tidak bisa tidur karena udara panas dan hati gelisah, jadi aku memutuskan keluar untuk mencari angin. Aku pergi ke tempat billiard yang ramai, berharap bisa capek dan tidur nyenyak.

Tia, Pembantuku yang Cantik
Sebelumnya aku bingung ingin menceritakan pengalamanku kepada siapa. Aku takut itu akan merugikanku, jadi aku simpan sendiri. Setelah menemukan website ini, aku merasa aman untuk berbagi. Aku minta kritik dan saran dari teman-teman serta yang ingin berkenalan bisa menghubungiku lewat e-mail. Namaku Jemz, sudah berkeluarga dengan satu anak perempuan. Istriku tinggal di rumah orang tuanya setelah melahirkan agar bayinya lebih terawat. Aku tidak mau tinggal di rumah orang lain meski rumahnya besar, lebih nyaman di rumah sendiri meskipun kecil. Sejak itu, istriku sering tinggal di rumah orang tuanya, dan anakku sudah terbiasa di sana.

Kejenuhan Membawa Kenikmatan
Namaku Erick (bukan nama asli). Aku ingin menceritakan pengalamanku yang terjadi kemarin malam. Pada Rabu, 25 April 2001, sekitar pukul 07:00 malam, aku sedang lembur di kantor. Merasa bosan, aku keluar sejenak untuk mencari angin. Aku memarkirkan mobil di pusat pertokoan di tengah kota. Sambil berjalan di trotoar, aku melihat produk di etalase, lalu tertarik pada stan kosmetik. Aku melihat sosok yang kurasa kukenal dan setelah yakin, aku memanggilnya, "Wi. . ! Kamu Dewi khan. . ? "

Selingkuh dalam Kenangan
Di usiaku yang ke-27, aku bahagia dengan pernikahanku dan kehadiran putra tampan. Kehidupan seksku normal, 3-4 kali seminggu, dan materi cukup. Namun, keinginanku untuk berhubungan seks dengan wanita lain tidak pudar. Aku lebih memilih tidak bermain di lokalisasi karena takut terkena AIDS dan biasanya memilih rekan bisnisku, terutama janda. Kali ini, aku mau berbagi pengalaman berselingkuh pertamaku dengan Santi, mantan bawahanku yang menarik dan sering membuatku tidak berkonsentrasi.

Wasti Anak Pembantuku 03
Wasti senang dirangsang, tapi ketika terasa geli, dia menolak Oom Rony. Akibatnya, gigitan-gigitan kecil langsung mengenai area sensitifnya. Oom Rony semakin bernafsu karena Wasti sering mencukur bulu kemaluannya. Suara riuh pegawai percetakan berpadu dengan rengekan Wasti yang merasa nikmat. Wasti merasakan sensasi saat lidah Oom Rony menjilati dan menggigit area sensitifnya. Dia juga pintar memberikan kesenangan kepada Oom Rony, sehingga menjadi perempuan kesayangannya. Kemudian, mereka bertukar permainan.

Wasti Anak Pembantuku 02
Paling enak sejak aku mulai bisa bersetubuh dengan perempuan. Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali. Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Wasti masih tetap kupeluki dan kukecupi bertubi-tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku. "Minn, Was. . . kamu kok enak skali sih. . . Mas Dony rasanya puas bener numpahin kepengennya sama kamu. . . " "Enak nggak main sama Wasti, Mas? " masih dia bertanya manja namun dengan nada bangga di situ. "Hmmsshh eenaak bener deh. . . Ini ibarat lagi laper-lapernya dikasih kue enak langsung pas bener kenyangnya. " Wasti tertawa senang. "Wasti sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony. . . " katanya sambil membalas mengecupi bibirku. Berlanjut lebih jauh tentang Wasti, ada suatu pengalaman Wasti yang ingin kuceritakan di sini sejak dia bekerja di panti pijatku, yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony. Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti-panti pijat, selain itu Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya. Maka ketika suatu kali dia kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi-sembunyi Oom Rony langsung ketagihan. Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah panti pijat milik temanku yang hampir.