Kategori: Setengah_baya

Kecelakaan Membawa Kenikmatan
Ini adalah cerita sex-ku yang asyik. Namaku Joko (samaran), tinggiku 171 cm, berat ideal. Aku memiliki wajah yang ganteng dan penis yang lumayan untuk membuat cewek tegang dan lemas. Aku sering melakukan onani dengan menonton BF dan berkhayal, lalu mengeluarkan sperma setelah beberapa kali. Aku suka susu cewek yang besar dan kenyal, serta posisi di mana cewek memainkan vaginanya di atas tubuhku. Cerita ini dimulai dari kecelakaan kecil saat aku jatuh dari motor karena diserempet motor lain.

Sekretaris Pribadi
Selepas sekolah, aku kuliah di akademi sekretaris dan tinggal sendiri, jauh dari keluarga. Rasa sepi sering datang, tetapi teman akrabku, Selly, membantuku mengatasi itu. Selly sangat ramah dan memperkenalkanku dengan banyak temannya. Aku akhirnya berpacaran dengan Daniel, kenalan Selly, yang gigih dalam usahanya. Selly memiliki banyak pacar dan kadang mereka menginap di kost kami. Daniel mencoba untuk dekat denganku. Awalnya aku menolak, tetapi lambat laun aku mulai menerima ciumannya dan memberikan tubuhku.

Nikmatnya Tante Stella
Cerita ini adalah kisah nyata dari pengalaman penulis saat kuliah di Jawa Tengah pada tahun 1992. Sebagai mahasiswa, penulis hidup sederhana dengan kiriman uang yang terbatas dari orangtua yang bekerja sebagai tentara. Teman-temannya menganggapnya pria simpatik dan cerdas, biasa dipanggil Rudy. Dalam waktu singkat, ia mendapat banyak tawaran untuk mengajar les privat matematika dan IPA, termasuk dari Indah, mahasiswi di kampusnya, untuk mengajar adiknya Noni. Keluarga Indah tampak harmonis, dengan ayah sebagai kepala kantor perwakilan dan ibu yang dulunya ratu kecantikan.

Pak Budi
Hallo pembaca 17tahun.com, aku mau membagikan ceritaku dan berharap ada yang bisa memberi pendapat atau solusi. Namaku Ade, umur 20 tahun, tinggi 162 cm, berat 60 kg, dan kulit putih. Aku kuliah di salah satu PTS di Bandung. Orang tuaku sangat keras soal peraturan, terutama melarangku berpacaran sampai kuliah selesai. Aku bisa mengatasi ini hingga lulus SMA, meskipun sering tertarik pada laki-laki. Suatu malam, saat menunggu angkutan umum di hujan, ada seorang pria menawarkan tumpangan padaku.

Gairah Bapak Kost
Pagi itu, penulis melihat Oom Pram merapikan tanaman di kebun. Oom Pram tampak menarik dengan wajah yang segar meskipun sudah ada sedikit uban. Penulis sedang sakit flu dan tidak kuliah, terbaring di kamar kost yang memiliki jendela kaca gelap yang menghadap ke taman. Usia penulis baru 21 tahun, tengah menempuh semester enam dan memiliki pacar yang sering menjenguk. Saat Oom Pram secara tidak sengaja memandangnya, penulis merasakan debar jantung yang cepat.

Kenikmatan yang Membingungkan
Ketika pulang dari kantor, aku melihat istriku mengobrol dengan seorang wanita berumur sekitar 29 tahun dan anaknya yang berumur 13 tahun. Wanita itu akan menjadi pembantu di rumah kami dan dia seorang janda. Setelah membahasnya, istriku setuju walaupun awalnya keberatan karena anaknya dianggap beban tambahan. Keesokan harinya, mereka datang dan mulai bekerja. Karena mereka rajin, aku membiarkan Santi melanjutkan sekolah dengan biayaku. Santi sangat senang bisa bersekolah dan aku mengingatkan agar dia rajin belajar.

Petualangan Menjelang Ebtanas
Ceritaku kali ini membuatku sedikit tertawa. Cerita ini kutulis setelah EBTANAS selesai dan bisa dibilang mendekati kenyataan. Aku beri judul "Petualangan Menjelang Ebtanas". Hari itu, aku pulang dari sekolah dengan perasaan merdeka. Aku terkejut melihat temanku Alf berciuman dengan Bu Shanty, guru bahasa Inggris kami. Jeff juga terkejut dan kami berdua menghampiri Alf setelah Bu Shanty pergi. Alf tersenyum dan menanyakan apakah kami melihat semua itu.

Ibu Ita, Ibu Sahabatku
Hallo para pembaca setia 17tahun.com, saya akan melanjutkan penulisan cerita pengalaman saya sebagai gigolo di kota kembang. O ya. . . , perkenalkan dahulu, nama saya Dedi. Saya akan memulai cerita saya yang baru-baru ini saya alami, kurang lebih 2 bulan yang lalu, tepatnya bulan Maret 2001. Waktu itu saya menginap di rumah teman saya di Bogor. Saya berangkat dari Bandung siang hari dan tiba di malam hari. Setelah sampai, saya memencet bel dan seorang wanita setengah baya, ibu sahabat saya, keluar untuk menyambut saya.

Di Bawah Bayang-bayang Dewi Fortuna 02
tertulis namanya Dini dan alamat kantornya. Langsung aku menuju ke kantor yang tertera di kartu nama itu. Sesampainya di situ aku memarkir mobilku, dari jauh kulihat mobilnya yang menabrak mobilku tadi. Aku masuk dan menanyakan apakah dia ada di tempat atau tidak. Resepsionis mengatakan bahwa dia masih berada di kantin kantor. Aku menuju ke kantin dan melihat dia sedang makan. Aku menghampirinya dan menyapa, lalu dia teringat bahwa aku adalah pemilik mobil yang ditabraknya. Kami bercanda dan dia menanyakan tentang kondisi mobilku. Kami lalu tertawa bersama.

Di Bawah Bayang-bayang Dewi Fortuna 01
"Saja," jawabku. "Oh. . ya ibu sendiri siapa namanya. . ? " tanyaku. "Sari," jawabnya. "Nama ibu begitu indah, secantik orangnya. " "Akhh. . masa kamu jangan berlebihan, menurutku sih aku biasa-biasa saja. " "Ibu jangan merendah begitu, saya jujur mengatakannya. . I swear. . " "Aduh. . aku jadi tersanjung. " Beberapa menit kemudian, kami sampai di kampus. Tas Ibu Sari jatuh. "Biar saya saja Bu, Ibu jalan saja terus. " "Terima kasih, Son kamu anak baik. " Setelah memasukkan semua barang, aku menyusul di belakangnya. Aku terkesima melihat lekuk tubuhnya. Setelah itu, "Sony aku ke kantor dulu ya, kamu masuk aja ke ruang 6. " Di ruang 6, teman-temanku sudah berkumpul. Henry bertanya, "Son, kamu tahu nggak kita punya teman baru? " "Akh. . masa siapa namanya, Hen? " "Eee. . kalau tidak salah namanya Rita. " Aku langsung mencari anak baru itu.

Obat Awet Muda 03
seperti sebuah tenda dengan tonggak tegak lurus. "Yep. . . . . itu dia Banu. Ini mulai dari pundak atasku ya Ban. Ia duduk di pinggirku dan nafasnya terdengar terengah-engah. "Srr. . . " duh dinginnya krim itu ketika ia mulai mengoles pundakku. Tangannya terasa hangat sekali dan gemetar. "Banu kamu pernah tidak ngolesin body cream gini? " tanyaku untuk membuat ia relaks. "Ahhh. . . nggak pernah. Mbak cantik sekali dan kulitnya halus bener deh," katanya sambil terus mengoleskan krim. Ah enak, dan pahanya terasa menempel pada sisi tubuh atasku. "Eh Mbak, ini handuknya ngehalangin," katanya lebih berani. Aku berdebar dan. . . "Oh iya. . . dorong saja. . . " tangannya mendorong sisi atas handuk di punggungku dan ditambahkannya krim dan dioleskannya ke punggungku. "Mbak. . eeeh. . . saya buka saja ya handuknya. " Ah. . . batinku, berani juga anak ini. Kuangkat sedikit badanku dan ditariknya handuk dan jadi longgar dan copot. Buah dadaku terasa sedikit pedih waktu ditariknya handuk itu dan telanjang bulatlah aku. Dari kaca meja hias aku lihat Banu ternganga lagi melihat tubuh mulus dan montok tersaji di depan matanya. Ia lupa mesti memberi krim. Aku pun menahan nafsuku dan tetap terlungkup. "Eh Banu ayo dong! ngeliatin apa sih kayak belum pernah ngeliat wanita," desahku merangsang. "Oh iya iya. . . " Dia mengoles lagi dengan sigapnya, tangannya

Obat Awet Muda 02
kita mandi saja bareng. Nah pembaca bisa bayangkan apa lagi yang terjadi di kamar mandi kan. Aku disenggamai lagi sambil berdiri, dan air panas mengalir terus (tapi hati-hati jangan kena air sabun lho, baik ke lubang penis atau ke vagina, perih). Aku main dengan Andi sambil berdiri di shower, kakiku sebelah diangkatnya sehingga penisnya mudah masuk menusuk vaginaku, seperti sebatang besi panas menusuk gundukan mentega, "Bless. . . " Siang itu aku selesai dengan Andi, lalu aku berbenah dan pergi ke rumah Mbak Nani di seberang. Ia seorang janda seumurku, tapi aku tahu juga ia suka menerima laki-laki. Nani sebenarnya teman aerobikku di tempat senam. Dengan Mbak Nani aku sama-sama berdagang berlian untuk tambahan penghasilan, karena ia banyak relasinya di Dharma Wanita sewaktu suaminya masih ada. Badannya tinggi, hampir sama dengan aku yang 178 cm dan buah dadanya pun ukurannya 38D. Nani tidak punya anak dan di rumah ia tinggal bersama 2 sepupu wanita dan adik-adik suaminya yang masih pada sekolah, ada yang SMA dan ada yang sudah kuliah. Aku jarang ke rumahnya selama ini karena dulu suamiku dulu tak suka aku bergaul dengan dia. Entah kenapa. "Mbak, Mbak Nani. . . " panggilku sambil mengetuk pintu. Kok sepi ya? Aku masuk dari pintu samping dan