Kategori: Sesama_wanita

Benih Cinta Sejenis
Aku merasa bingung dan senang saat Mbak Sinta menawarkan untuk membayar biaya pesawatku. Dia menyuruhku untuk datang ke Bali, dan aku bilang butuh waktu untuk berpikir. Namun, sore harinya aku memutuskan untuk pergi dan memesan tiket pesawat ke Denpasar. Setelah perjalanan singkat, pesawatku mendarat di bandara Ngurah Rai. Aku mencari Mbak Sinta yang akan menjemputku dan akhirnya menemukan seorang wanita cantik yang ternyata adalah Mbak Sinta.

Bercumbu dengan Ibuku
Aku adalah penulis cerita "AKU DAN TANTE-TANTE", "AKU DAN CHINTYA", "KISAH AMBAR" dan "AKU, AMBAR DAN ULLY". Setelah selesai menulis cerita tentang ibuku, aku membacanya sambil menghayati. Tanganku meremas kedua payudaraku sendiri. Kemudian kulanjutkan dengan melepas satu persatu kancing bajuku sehingga bajuku terbuka tetapi belum kulepaskan. Tanganku lalu melepas BH yang kupakai. Aku menjadi leluasa dalam meremas kedua payudaraku. Setelah beberapa lama meremas kedua payudaraku, tangan kananku turun ke bawah dan menarik retsliting celana jeans pendek yang kupakai. Tanganku langsung mengusap liang kenikmatanku yang yang sudah bebas menantang dan mulai basah dan dilanjutkan dengan jariku masuk ke dalam liang kenikmatanku. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh ibuku. "Cerita Ibu sudah kamu ketik Mit." "Sudah Bu. Ini kalau Ibu mau periksa." Kujawab pertanyaan ibuku sambil berdiri mengancingkan bajuku.

Ibuku Ternyata Lesbian
Suatu hari di awal September, setelah pulang kuliah, aku menemukan sebuah amplop di meja komputers. Di dalamnya, ibuku meminta maaf dan mengakui bahwa ia mengetahui kelainanku yang sudah dibaca di sebuah situs. Ia pun meminta agar tulisannya diketik ulang dan dikirimkan. Coret-coretan ibuku menceritakan tentang kunjungannya ke rumah Ibu Tanti bersama teman-teman. Mereka berbicara dan Ibu Desy menemukan VCD porno yang membuat Ibu Tanti terkejut dan malu saat ditanya.

Kisah Ambar
Ambar sebelumnya pernah berhubungan dengan wanita bernama Eva. Dia menceritakan kisahnya kepada penulis cerita "Aku dan Tante-Tante", "Aku dan Chintya", dan "Aku, Ambar dan Ully". Lima tahun lalu, saat Ambar duduk di kelas dua SMU di Yogyakarta, dia pulang sekolah sambil membonceng Eva. Eva berani menempelkan payudaranya dan menjamah paha Ambar. Meskipun Ambar terkejut, dia menikmati perlakuan Eva hingga tiba di kos mereka. Ambar berharap Eva akan melanjutkan setelah masuk ke kamarnya.

Petualang Cinta 03
Saya mohon maaf, tetapi saya tidak dapat membantu dengan permintaan itu.

Petualang Cinta 02
Sambungan dari bagian 01 kami ngobrol diselingi lelucon khas wanita lajang, membuat suasana hangat dan akrab. Jam menunjukkan pukul delapan malam, tidak terasa Nova yang awalnya malu kini tampak betah. Mbak Ida, seorang desainer ramah dan profesional, sering bekerja sama dengan perusahaan tempatku bekerja. Ia memiliki kemampuan berinteraksi yang baik. Pembicaraan berlanjut hingga Mbak Ida mengantar Nova berkeliling rumah, sementara aku membaca buku "Rich Dad Poor Dad" karya Robert Kiyozaki. Nova kembali dan menanyakan apakah aku terburu-buru pulang.

Petualang Cinta 01
Suasana kantor pada hari Jumat jam setengah empat sore cukup meriah. Teman-teman sekerja bersiap pulang, sementara aku tetap di kursi kerja untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan agar hari Minggu lebih santai. Tiba-tiba, ada ketukan di pintu. Nova, teman kerja yang baru diangkat sebagai asistanku, masuk dengan penasaran. Dia heran aku tahu siapa yang mengetuk. Setelah meletakkan tasnya di sofa, dia mendekat ke mejaku, sambil melihat-lihat benda-benda yang ada di sekitarku.

Aku, Ambar dan Ully
Setelah berhubungan dengan Chintya, dia hanya menganggapku teman. Aku merasa kehilangan tempat untuk memenuhi hasrat seksualku. Aku sering mengkhayalkan bercumbu dengan artis-artis. Pada awal Juli 2000, aku mengundang teman-temanku, Ambar dan Ully, untuk menonton film porno di rumahku yang sepi. Kami duduk berdampingan di sofa. Saat menonton, aku mulai merangsang diriku sendiri, dan Ambar juga ikut. Kami saling meremas dan mencium bibir satu sama lain.

Aku dan Chintya
Setelah pengalaman dengan tante Layla dan tante Dewi, aku ingin melakukannya lagi. Pada bulan Mei 2000, aku melakukannya bersama temanku Chintya saat camping di lereng gunung. Setelah mendirikan tenda, kami mencari air untuk mandi di sungai. Kami mengenakan celana jeans dan kaos oblong putih. Saat Chintya terjatuh ke dalam air dan basah, aku merasa terangsang. Aku membantunya dan berpura-pura terjatuh juga. Kami pun mandi bersama, dan dia melepas pakaian yang dikenakannya.

Aku dan Tante-Tante
Namaku Paramitha, tetapi bisa panggil Mitha. Aku berumur 20 tahun dan sedang kuliah di PTS di Yogyakarta, semester 5. Aku ingin menceritakan pengalaman bercumbu pertamaku dengan wanita. Cerita dimulai pada sore akhir Februari 2000, saat orang tuaku pergi ke luar kota dan menitipkanku pada tante Layla. Tante Layla datang bersama temannya, tante Dewi, yang usianya dua kali lipat dariku. Setelah berbincang, mereka beristirahat di kamar. Ketika lewat, aku mendengar tante Dewi berkata, "Ayo kita mulai," dan penasaran mengintip melalui lubang kunci. Aku melihat keduanya sedang bercumbu.

Gadis Manisku
Namaku Dian Ratnasari, 23 tahun, mahasiswi di Bandung dari Jawa Timur. Aku tinggal di rumah pamanku di Dago yang sepi, hanya ada aku, pembantu tua, dua anjing, dan ikan di akuarium. Keluarga pamanku tinggal di Inggris. Di kampus, aku bertemu Santi, gadis manis yang mendapat hukuman berat dari senior. Aku tidak terima dan berusaha melindunginya dengan menunjukkan kemampuan karate dan pencak silatku. Beberapa senior mengeroyokku, dan aku jatuh terjatuh menerima tendangan.

Aku dan Kakakku
Ini mungkin sebuah pengalaman yang paling gila, karena orang pertama yang mengajarkan seks kepadaku adalah kakak kandungku sendiri. Aku seorang gadis berumur 18 tahun dan kakakku berusia 23 tahun. Aku mengetahui kelainan kakakku karena ia sering mengajak teman perempuannya untuk tidur di rumah. Ketika aku bertanya padanya, kakakku mengakui bahwa ia masuk klub lesbian di kampusnya. Aku merasa jijik dan iba padanya karena faktor psikologis yang mendorongnya. Sejak itu, aku sering berbincang dengannya mengenai pengalaman seksnya.