Kategori: Pemerkosaan

Pemerkosa Lembut Hati
Namaku Mei Ling, aku adalah mahasiswi semester akhir di perguruan tinggi di Jakarta Pusat. Aku lebih fokus pada kuliah dan urusan pribadi daripada politik, meskipun tempat ini terkenal dengan demonstrasi di masa lalu. Secara fisik, aku menarik dengan tinggi 175 cm, langsing, dan berkulit putih mulus. Cerita ini dimulai ketika aku baru pulang dari ruang baca skripsi di perpustakaan setelah bertemu dengan dosen. Saat itu sudah malam dan kantin tutup, jadi aku langsung menuju lapangan parkir untuk mahasiswa.

Penjelajah Tengah Malam
Cerita ini terjadi 7 tahun yang lalu ketika aku berumur 14 tahun. Sejak itu, banyak kemalangan menimpaku. Namaku Nadya, anak bungsu dari 6 bersaudara, dan keluargaku termasuk miskin. Ayahku pegawai pemerintah, dan kami tinggal di rumah tua yang setengah batu di tepi jalan propinsi. Ibu membuka warung pecel untuk membantu kebutuhan sehari-hari. Aku pelajar kelas 3 SMP dengan tinggi 150 cm dan berat 38 kg. Orangtuaku mendidik dengan ketat, dalam suasana Jawa dan keagamaan yang taat.

Sopir Jahanam
Peristiwa ini terjadi tiga tahun lalu di Jakarta, tepatnya di Sunter. Aku berumur 14 tahun dan tinggal bersama kakak perempuanku, Ai Ling, yang berumur 19 tahun dan kuliah di perguruan tinggi swasta. Kami tinggal di rumah milik paman yang tidak ditempatinya. Orang tua kami tinggal di Jawa Tengah mengelola toko dan mengirim kami ke Jakarta untuk sekolah. Ai Ling cukup cantik dan banyak didekati teman-teman pria, meskipun dia sudah memiliki pacar yang kuliah di Amerika. Selain kami, ada juga seorang pembantu perempuan yang tinggal di rumah.

Perjalanan Dinas
Elin adalah seorang manajer di bagian Treasury sebuah bank asing. Dia berumur 34 tahun, berasal dari Bogor, dan sudah menikah dengan satu anak berusia 7 tahun. Tingginya sekitar 163 cm dan beratnya sekitar 49 kg. Elin memiliki tubuh kurus dan kulit kuning langsat. Bagian Treasury memiliki 12 karyawan dan dipimpin oleh Tommy Hudson dari Inggris, dengan Elin dan Ratih sebagai manajer seksi. Tommy tinggal di Jakarta seorang diri, dan Elin terkadang melakukan perjalanan dinas untuk menemui nasabah besar.

Kisah Pahit Teman Baikku
Hi, saya akan menceritakan pengalaman pahit yang dialami oleh teman saya, yang disebut Lidya, berusia 24 tahun. Kejadian ini berlangsung pada tahun 1997 saat saya sedang kuliah di Australia. Lidya bersama temannya Lina, yang berusia 28 tahun. Lina memiliki tubuh yang terawat dan sering disebut 'semok'. Setelah berolahraga, mereka mencari makan di Tanah Abang dan menemukan warung sop kaki kambing yang ramai. Mereka memutuskan untuk makan di situ.

Triastuti 04, Antara Pelukan Dua Lelaki
Sebagian waktu kemudian, rintihan Tri makin keras dan tubuhnya mengeluarkan banyak cairan. Tubuhnya kaku dan terdengar suara seperti orang sekarat, menandakan dia sedang mengalami puncak kenikmatan. Wajahnya tampak cantik setelah lama depresi, seolah ini adalah pelepasan baginya. Setelah orgasme yang luar biasa, Tri terjatuh lemas di sofa, nafasnya cepat dan matanya tertutup. Bintik-bintik keringat ada di pelipisnya setelah pertarungan yang melelahkan. Namun, bagi Mr. Gulam, ini baru awal dari pertarungan yang lebih lanjut.

Triastuti 03, Antara Pelukan Dua Lelaki
Setelah kejadian yang traumatis itu, Tri merasa tidak nyaman tinggal sendirian di ruang kerjanya dan lebih memilih pergi bersama teman-temannya. Mr. Gulam bersikap normal, dan Tri berusaha menjaga rahasia kejadian tersebut. Tiga bulan telah berlalu, namun kejadian itu tetap membekas di ingatannya, membuatnya merasa terjebak dengan perasaan tidak berdaya. Ia masih merasa terperangkap dalam kenangan-kenangan yang mengganggu saat tidur, menghidupkan kembali sensasi yang tidak nyaman dan membingungkan.

Triastuti 02, Hilangnya Kehormatan
Sambungan dari bagian 01 Tiba-tiba Mr. Gulam melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Tri yang masih terduduk di tepi meja, ditariknya Tri dari atas meja dan kemudian Mr. Gulam gantian bersandar pada tepi meja dan kedua tangannya menekan bahu Tri ke bawah, sehingga sekarang posisi Tri berjongkok di antara kedua kaki berbulu Mr. Gulam dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Tri sudah tahu apa yang diinginkan Mr. Gulam, namun tanpa sempat berpikir lagi, tangan Mr. Gulam telah meraih belakang kepala Tri dan dibawa mendekati kejantanan Mr. Gulam, yang sungguh luar biasa itu. Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Tri, kepala penis Mr. Gulam telah terjepit di antara kedua bibir mungil Tri, yang dengan terpaksa dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Tri mulai mengulum

Triastuti 01, Hilangnya Kehormatan
Triastuti bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan besar di Jakarta, yang terletak di jalan Jenderal Sudirman. Perusahaan ini menggunakan tiga lantai di gedung bertingkat, yakni lantai 24, 25, dan 26, yang terhubung dengan tangga khusus. Kantor Tri berada di lantai 25, dekat tangga penghubung. Di lantai 26, terdapat beberapa tenaga ahli asing dari Filipina, India, dan Pakistan. Setiap jam istirahat dari jam 12 sampai 2 siang, suasana di lantai 25 menjadi sepi karena semua karyawan keluar untuk makan siang.

Hadiah Perpisahan 03
Sambungan dari bagian 02 Ini sudah terlalu lama, Aku sudah menunggu terlalu lama. Aku harus memperkosa dia lagi, Aku harus menikmati lagi tubuh Lola Amelia yang sedang jadi mainan kita. Aku jambak lagi rambut Lola, di pangkalnya dan menariknya dengan kasar dari pegangan Toni, air liur Lola dan sperma Toni mengalir keluar dari mulutnya ketika kuseret dia sekitar dua meter dari Toni dan melemparkannya hingga jatuh tertelungkup. Aku berlutut di belakang dia, dan meraih pinggul Lola yang bulat, dan menarik pantatnya yang biru-biru hingga menungging, penisku bergoyang-goyang di depanku sementara aku menggeram bagai binatang, mengarah ke vagina Lola yang terluka. Aku masuk lagi dengan brutal, berharap aku kembali menyakiti Lola, berharap dia menjerit kesakitan, tapi yang aku dengar hanya suara mengerang ketika penisku masuk ke

Hari Penghakiman 02
Sambungan dari bagian 01 Selanjutnya aku seperti setengah sadar bergerak kalap megayunkan parang ke arah para penjarah itu. Si brewok adalah yang pertama roboh. Lehernya kurobek sebelum dia sempat mencabut cluritnya. Kemudian kulihat si cepak menyerangku dengan parangnya tapi bagiku segalanya terlihat bagai dalam film gerak lambat. Dengan mudah kuhindari sabetan parangnya, lalu dengan penuh amarah aku mambacok kepalanya. Darah bercampur cairan putih muncrat dari ubun-ubunnya saat aku belah dengan parang! Aku agak tersadar ketika melihat si gondrong dengan belatinya mengiris leher Mirna adiku. Aku terdiam ketika darahnya muncrat ke tembok, lalu tubuhnya roboh ke lantai dengan mata terbelalak. Aku bahkan belum bereaksi ketika si gondrong menyerangku dengan belatinya. Tiba-tiba kesadaranku seperti terenggut kembali dan tubuhku bergerak menghindari hujaman belatinya sehingga hanya melukai pundak sebelah kananku. Si gondrong tersungkur karena kehilangan keseimbangan. Kujambak rambut gondrongnya, lalu. . . "Kematian telah menggenggam tanganku, di tanganku ada kematian! " aku bergumam tanpa sadar. Masih kudengar si gondrong memohon ampun padaku tapi tanganku segera mengayunkan parang dengan cepat. Sedetik kemudian aku berdiri dengan parang penuh darah di tangan kananku dan menenteng kepala manusia di tangan kiriku, Darah! Maut! Kesadaranku kembali pulih dan mataku menyalang menatap sekeliling. Rupanya teman-teman penjarah tadi sudah pergi mambawa barang jarahannya. Aku

Hari Penghakiman 01
Namaku Kevin, dan aku merasa berbeda dari orang lain. Jika bisa memilih, aku lebih suka tidak lahir. Aku berasal dari keluarga minoritas, dengan ayah yang kaya dan memiliki banyak usaha, seperti toko elektronik dan bengkel. Kami tinggal di Pantai Mutiara Pluit. Aku anak ketiga dari empat bersaudara dan satu-satunya laki-laki. Kakak laki-lakiku meninggal saat SMA, dan sejak itu, keadaan di keluargaku memburuk. Aku dianggap pembawa sial, dan semua kesalahan dalam keluarga dituduhkan padaku.