Kategori: Pemerkosaan
Catatan 12 Mei 1998
Pada tanggal 11 Mei 1998 pukul 5 sore, saya tiba di Jakarta setelah penerbangan selama 4 jam dari Australia. Orang tua saya menjemput karena saya sudah lama tidak ke Jakarta. Sesampainya di rumah, saya menelepon teman-teman, terutama teman SMA, tetapi hanya Venny yang menjawab. Ia kaget karena saya masih mengingatnya dan mengungkapkan rasa takutnya tentang keadaan di Indonesia. Kami bercerita tentang hidup di Australia dan masalah perkuliahannya. Akhir percakapan, saya memberitahunya bahwa saya akan mengunjungi rumahnya besok karena merasa bosan.
Hadiah Perpisahan 02
Tangan Toni mengusap belakang kepala Lola, membuat tubuh Lola gemetar. Mata Toni menatap tubuh Lola yang ramping, terutama pada payudara Lola. Toni kembali mendekat dan mencium Lola, membuatnya terkejut. Lola tiba-tiba mendorong Toni menjauh dan berteriak, menolak perlakuannya. Ia mundur, menutupi tubuhnya, menangis dan meminta tolong kepada Johan, terlihat putus asa dan ketakutan. Johan tersenyum, namun Lola menunjukkan ketakutan yang semakin jelas.
Hadiah Perpisahan 01
Sepuluh milyar, pikirku. Butuh waktu lima tahun dan banyak tipu daya, tapi akhirnya berhasil, dan sekarang waktunya kabur. Aku sudah merencanakan ini. Kita bertiga akan bertemu di kantor saat liburan agar tidak ada yang melihat. Dari kantor kita pergi ke bandara dan langsung terbang ke pulau dimana wanita-wanita cantik dan pejabat pemerintah lebih mudah dibeli, tanpa ekstradisi. Aku melihat jam, masih ada waktu sebelum berangkat. Ketukan di pintu mengejutkanku, seharusnya tidak ada orang lain di kantor. Seorang gadis muda yang menakjubkan masuk, ragu-ragu.
Malam Jahanam
Aku tersadar terikat di kursi di rumah peristirahatan di Puncak. Aku dan beberapa teman sedang ber-weekend di sana, sementara istriku, Diah, pergi ke Jakarta untuk mengambil barang yang tertinggal. Saat aku baru pulang, tiba-tiba ada yang memukul kepalaku. Dua orang muncul, satu bertato dan yang satu lagi kekar. Mereka mengancamku dan mempermainkan Diah yang baru saja datang. Diah berusaha melawan, tetapi pelukan si Kekar terlalu kuat, dan si Tato mengancam akan membunuhku jika Diah tidak diam.
Sweet Little Dhea
Aku ingat Dhea saat dia masih kecil. Dia adalah anak temanku yang paling kecil dan sangat menarik perhatian. Sekarang, Dhea berusia sekitar 15 atau 16 tahun dan terlihat seperti tidak berdosa. Setiap kali bertemu Dhea, aku berniat untuk tidur bersamanya sebelum pergi dari kota. Aku sering pergi ke rumah Dhea dan mencari tahu kapan dia sendirian. Suatu malam, ketika orang tuanya sudah tidur, aku mencoba masuk ke kamarnya dengan membuka jendela belakang. Setelah memastikan rumah sepi, aku masuk dan merasakan ketegangan saat melangkah. Ketika aku sampai di depan kamar tidur Dhea, aku merasa cemas.
Bar 02
Sambungan dari bagian 01 Setelah menarik lepas celana dalam dan BH Selly, Rony menyuruh orang-orang yang memegangi Selly melepaskannya. Selly berusaha meronta dan menendang Rony, tapi ia kalah cepat. Rony langsung memegang kedua pergelangan tangan Selly yang ramping dengan satu tangan dan menekannya di atas meja dekat kepala Selly, sementara ia menempatkan pinggulnya diantara kedua kaki Selly. Rony kemudian berusaha membuka kaki Selly dengan kedua lututnya dan mengarahkan penisnya yang sudah keras ke vagina Selly dengan bantuan tangannya yang masih bebas. Dengan satu kali dorongan, Rony dengan keras memasuki vagina Selly. Selly menjerit sekeras-kerasnya, dan makin meronta-ronta, tanpa daya menghentikan Rony memperkosa dirinya. Rony sendiri menikmati sekali segala jeritan dan rontaan Selly. Ia menyeringai setiap kali Selly menjerit kesakitan. Ketika Rony sedang memperkosanya, laki-laki lainnya
Bar 01
Bar itu berada di sudut gelap Jakarta dan buka sepanjang waktu tanpa tutup. Pengunjungnya sebagian besar laki-laki pemabuk dan preman, sementara wanita sangat jarang datang. Sejak siang, banyak preman mulai minum. Suatu malam, seorang wanita bernama Selly datang ke bar itu, tidak cocok dengan suasana. Ia menyiapkan diri untuk dijemput pacarnya, mengenakan gaun malam hitam yang menonjolkan tubuhnya. Selly memakai sepatu hak tinggi dan gaunnya cukup pendek.
Antara Jakarta dan Bandung 02
Sambungan dari bagian 01 Perlahan, Merry membuka kancing depan celananya dan perlahan menurunkannya, akhirnya celana itu jatuh di kakinya, lalu dengan air mata meleleh di pipi Merry menarik turun celana dalamnya, sehingga sekarang ia betul-betul telanjang bulat. Merry berusaha menutupi kemaluan dan buah dadanya dengan tangannya. Tapi Botak menggerak-gerakan pisaunya, menyuruh Merry menurunkan tangannya. Merry langsung menurunkan tangannya, dan sekarang Botak dan Hitam berjalan mengelilinginya mengagumi tubuhnya. "Coba sekarang Non berlutut dan merangkak ke temen saya di sana!" perintah Botak, dan Merry menuruti perintahnya, ia merangkak dengan tangan dan lututnya mendekati Hitam yang tinggi dan besar. "Nah, sekarang coba Non, masukin punya teman saya itu ke mulut Non. Jilatin sama isep, sampe dia keluar. Kalo nanti di keluar, Non musti telen semuanya, jangan sampe ada
Antara Jakarta dan Bandung 01
Laki-laki brengsek! Merry mengumpat sambil mengemudikan mobilnya menuju Bandung. Ia masih teringat kejadian siang tadi saat melihat tunangannya, Rendy, menyuapkan makanan ke wanita lain di sebuah kafe. Rendy terlihat pucat saat Merry mendekat, tetapi penjelasannya tidak ia percayai. Untuk melupakan kekecewaannya, Merry memutuskan pergi ke Bandung. Setelah kerja, ia berangkat dan saat di perjalanan mobilnya bermasalah, mengeluarkan asap dan akhirnya mati di pinggir jalan gelap. Merry panik dan berusaha menyalakan mesinnya, tetapi gagal.
Aku Diperkosa Tiga Orang Gadis
Sebenarnya aku merasa biasa saja, wajahku dan tubuhku tidak istimewa. Namun, banyak wanita yang menyukaiku dan ada yang terang-terangan ingin berkencan. Meskipun begitu, aku belum ingin pacaran karena masih di kelas dua SMA, sementara teman-temanku sudah punya pacar. Suatu hari Minggu pagi, aku berjalan-jalan mengenakan pakaian olahraga, meskipun aku malas berolahraga. Aku berjalan kaki dan sesekali berlari untuk mengikuti orang-orang yang juga berolahraga. Setelah cukup jauh, kakiku terasa pegal, jadi aku istirahat di bangku taman sambil memperhatikan orang-orang berolahraga dan anak-anak yang bermain.
Di Tepi Sungai Itu...
Cerita ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu pada 31 Desember 1995. Kami, enam orang (empat lelaki dan dua perempuan), mendaki gunung untuk merayakan tahun baru. Setelah mendirikan tenda, tiga lelaki pergi mencari kayu bakar sementara tiga yang lain tinggal di perkemahan. Wulan ingin ikut mencari kayu bakar karena tidak ingin mengganggu Fadli dan Lia yang tersisa di tenda. Wulan memiliki sifat yang berbeda dari Lia, yang lembut dan pendiam, sementara Wulan agak manja dan tomboy, tetapi sangat baik hati.