Kategori: Konvensional

Secret Passion
Aku mengenal Evi saat menunggu giliran bicara di Wartel yang penuh. Dia menarik perhatian dengan penampilannya yang asyik, kulit putih, dan bentuk tubuh yang menarik. Evi mengenakan t-shirt merah ketat dan celana jeans yang juga ketat, membuat tubuhnya terlihat padat. Setelah beberapa kali curi pandang, Evi mulai membalas tatapanku dan tersenyum manis. Aku mendatanginya dan menanyakan apakah dia sendiri. Dia mengatakan mau nelpon ke Cirebon, tetapi tidak tahu kode teleponnya.

Maaf, Tidak Sengaja
Dian menunggu sekitar 10 menit sampai biliknya siap. Saat itu, aku meminta maaf karena suka melihatnya. Dian bilang itu tidak masalah dan sudah biasa. Aku melanjutkan dengan mengatakan betapa cantiknya dia. Dian terlihat malu mendengar pujianku. Dia mengaku tidak melakukan perawatan khusus. Tiba-tiba, seorang petugas bernama Anie datang dan mengajak Dian ke kamar di belakang. Dian meninggalkan kesan yang kuat padaku, lalu aku pergi untuk bersantai dan makan siang.

Dunia Pinggiran 02
Sambungan dari bagian 01, aku mudah jatuh cinta, tapi juga cepat bosan. Hubungan dengan Linda, yang hanya sebatas oral, membuatku jenuh. Aku tidak berani melangkah lebih jauh karena menghargai virginitasnya. Aku lebih suka Linda dari pacarku, yang sudah menjalin hubungan hampir 5 tahun. Kesetiaan pacarku sudah terbukti, dan hubungan kami seperti suami istri. Linda akhirnya menjauh dan mencari pengganti. Meskipun sulit, aku harus ikhlas. Saat membaca iklan, aku melihat iklan panti pijat yang menarik perhatian.

Dunia Pinggiran 01
Linda sudah biasa dengan kehadiranku, jadi teman-temannya tidak curiga. Makan siang itu menjadi awal segalanya. Aku mulai sering makan di kantin untuk melihat wajah cantiknya. Setelah beberapa kali bertemu, aku mengajaknya makan di luar, dan dia setuju tetapi ingin dijemput di tempat yang dia tentukan. Sore itu, aku menjemputnya, dan penampilannya sangat menarik. Sepanjang perjalanan, pikiranku dipenuhi dengan keinginan untuk dekat dengannya, meski aku sedikit takut dia menolak. Kami berbincang seperti sepasang kekasih dan aku membayar tagihan Rp 80. 000,- setelah makan.

Demi Sahabat
Pada suatu pagi, aku menerima surat dari sahabatku, Nasem, yang tinggal di Manado. Ia mengundangku untuk datang dan berkangen-kangenan setelah bertahun-tahun terpisah. Nasem dan Hamid juga merindukanku. Kami adalah tiga sahabat karib dari kampung yang sama. Nasem kini sukses sebagai Kepala Cabang Dealer di Minahasa, sementara Hamid menjadi pedagang di Tewah. Dalam surat, Nasem meminta bantuanku, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Hal ini membuatku terharu karena mereka tetap memperhatikanku.

Oh... Tak Kusangka 02
Sambungan dari bagian 01 Kemudian Bagus mencium bibir kakakku sambil kedua tangannya memegang pipinya sementara jari-jarinya menggelitik bagian belakang telinga kakakku. Menyaksikan kakakku pasrah bibirnya dilumat oleh Bagus seketika membuatku terpana. Kurasakan batang kemaluanku menegang menyaksikan itu. Setelah beberapa saat menikmati bibir kakakku, kepala Bagus bergerak turun mencium leher kakakku. Kemudian kedua tangan Bagus meraih payudara kakakku dan meraba-rabanya serta meremas-remas dengan lembut. Sambil meremas-remas, bibirnya menikmati bibir kakakku. Kakakku pun membalas ciumannya dengan penuh gairah. Karena terdorong oleh gerakan tubuh Bagus ke depan, kakakku jatuh tertidur di ranjangnya. Di atasnya Bagus makin bernafsu menciumi bibir kakakku sementara tangannya masih sibuk meremas-remas susunya. Setelah itu Bagus menindih tubuh kakakku dan menciumi lehernya. Kakakku mengerang-erang penuh gairah. Beberapa saat kemudian ia membuka satu persatu kancing baju

Oh... Tak Kusangka 01
Sungguh aku tak pernah membayangkan sebelumnya untuk memergoki orang bercinta. Apalagi kalau orang itu adalah kakakku sendiri. Namun demikianlah yang terjadi. Tanpa sengaja aku melihat permainan ranjang antara kakakku dengan seorang mahasiswa yang magang di rumahku. Peristiwa yang tak terduga itu membuatku mula-mula shock namun secara tak terduga justru akhirnya aku menikmatinya sampai akhir. Sekilas tentang diriku, aku adalah cowok berumur 19 tahun sementara kakakku 2 tahun lebih tua dariku. Orangnya cukup cantik serta bodinya cukup oke. Bra-nya berukuran 34B. Kulitnya putih mulus. Ia termasuk orang yang cukup cuek dalam menonjolkan ke-sexy-an tubuhnya apalagi kalau di rumah. Sejak awal aku memang mempunyai pikiran yang agak "miring" kepadanya dikarenakan dari tingkah lakunya. Namun ini hanya terpendam di dalam pikiranku saja. Tak pernah aku mempunyai niat untuk melakukan perbuatan yang lebih jauh kepadanya. Kuingat pertama kali ia memakai bra saat kelas 2 SMP. Sebelum itu pernah beberapa kali aku melihatnya telanjang, terakhir sampai ia kelas 1 SMP aku pernah melihatnya telanjang dada. Dadanya sudah agak menonjol namun saat itu aku masih tak punya pikiran apa-apa. Setelah ia memakai bra, justru aku menjadi penasaran ingin melihat payudaranya. Apalagi dadanya makin lama makin membesar sementara sejak ia memakai bra, ia tidak pernah telanjang di rumah.

Kesepian
Tak puas-puasnya aku memandang seluruh tubuhku yang bugil di cermin. Kulitku halus dan putih mulus, mungkin membuat lelaki tertarik padaku. Bulu hitam lebat di antara pahaku tergerai. Badanku ideal dengan tinggi 171 cm, tetapi keindahan ini tidak tersentuh sejak kematian suamiku 3 tahun lalu. Banyak lelaki mencoba mendekat, tapi aku tolak karena merasa belum siap. Usiaku 26 tahun. Di malam hari, saat rasa ingin bersama lelaki muncul, aku memeluk guling dan menggugah imajinasi hingga orgasme. Aku ingin mencoba "Dildo", tapi takut kemaluanku lecet. Pernah juga berpikir menggunakan jasa "Gigolo".

Di Dalam Grand Civic
Aku mengenalnya tanpa sengaja saat hujan deras mengguyur Jakarta. Aku mengemudikan mobil dengan hati-hati, dan tiba-tiba sebuah metro mini memotong jalan. Aku kaget dan nyaris menghantam trotoar. Saat hendak melanjutkan perjalanan, aku melihat seorang gadis melambaikan tangan, ia masuk ke mobil dan memperkenalkan diri sebagai Putri. Kami berkenalan, dan setelah berbasa-basi, aku mengetahui ia masih kelas tiga SMA dan tinggal di sekitar Kranji. Delapan hari setelah pertemuan itu, aku sedang berbelanja untuk anak-anakku.

Di Sekitar Hidden Land
Sebuah taksi berhenti di ujung jalan komplek perumahan Hidden Land. Maria Andrews keluar, membawa koper dan tas ransel. Siang itu panas dan sepi. Komplek perumahan tersebut adalah tempat mewah, beberapa unitnya disewakan kepada mahasiswa dekat Universitas Hidden Land. Maria tidak langsung menuju kosnya dan ingin melihat-lihat perumahan. Ia wanita cantik, berambut panjang, tinggi 181 cm, dan tidak kesulitan membawa barangnya. Saat ia berjalan, seorang petugas keamanan menyapanya dan menanyakan asalnya. Maria menjawab bahwa ia bukan dari sana, tapi akan segera menjadi warga situ.

Gara-Gara Kunci Rumah Tertinggal
Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di Akademi Pariwisata sambil bekerja di hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah ini terjadi saat aku kelas II SMA di Jember, Jawa Timur. Aku tinggal di gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku ada seorang wanita bernama Nia Ramawati, dipanggil Ninik. Ia berusia sekitar 24 tahun dan bekerja sebagai kasir di departemen store. Aku mengagumi penampilannya, terutama kecantikan dan tubuhnya.

Di Kota Yang Baru
Di malam yang dingin, aku bersama Mbak Andini. Gerakannya menunjukkan bahwa dia sudah terangsang. Puting susunya keras, dan buah dadanya bergerak sesuai napasnya. Keringat mengalir di buah dada yang kenyal. Dia menatapku, lalu terpejam dan meremas buah dadanya. Tangan mungilnya mengusap dan meratakan keringat, membuat keadaan semakin intim. Keringat itu tampaknya adalah respon dari birahi yang memuncak saat dia menyadari segala sesuatunya. Suasana menjadi hangat dan penuh desahan.