Kategori: Daun_muda

Gairah Tetangga 04
Sambungan dari bagian 03 Rupanya hari itu Tante Ida sekalian mau belanja, jadi ia pergi sama anak-anaknya, makanya Bu Etty yang di rumah. Sambil istirahat kami membuat minuman hangat dari termos di kamarnya dan duduk di ranjang di kamar Bu Etty. Kami tetap telanjang bulat. "Bu, jadi tahu ya tadi malam aku main sama Tante Ida." "Iya dong nak, kan Ibu sudah pengalaman dan lumrah kok seperti Ibu bilang tadi kami memang wanita yang nafsunya kuat sekali." "Lalu, kata ibu tadi seminggu sedikitnya 4 kali, sama siapa biasanya Bu?" tanyaku sambil membaringkan badan memegang memilin-milin puting susunya. "Oh.. Ibu sama teman-teman bertiga, ada semacam klub kecil," katanya sambil tertawa renyah sambil ekspresi mukanya menahan geli dari pilinan jariku. "Biasa kami nyari anak SMA, mahasiswa atau

Gairah Tetangga 03
Kuulurkan tangan yang gemetar dingin dan dipegang oleh Bu Etty. "Ya sudah," katanya. "Ini ayo remas-remas lagi, kan kamu pengen," sambil menaruh kedua telapak tanganku di atas buah dadanya. Aku tambah takut dan bingung, tidak percaya, dan kutarik tanganku kembali begitu menyentuh buah dadanya. Bu Etty malah jadi tertawa kecil. "Nak To, jangan cemas tidak ngegigit kok buah dadaku," derainya sambil tersenyum sekarang. "Aku kemarin malem lihat kok kamu jam berapa pulang dari sini, dan ya aku ngerti kok si Ida itu sama saja memang nafsunya besar sekali. Seperti aku juga," ujarnya. "Ibu juga seminggu mesti sedikitnya 4 kali main," katanya tanpa malu-malu. Aku hanya bisa mengangguk-angguk tidak tahu mesti menjawab apa. Tahu dong kalian kalau habis begitu kan perut masih mual enek, terkaget-kaget, duh untung aku tidak ngompol di depan dia deh. Mana dia ngomongnya blak-blakan begitu seperti bukan orang Indonesia saja. Aku merasa pening sakit kepala. "Duh nak Toto kaget ya," sambil berdiri ia menarik aku dan dipeluknya kepalaku ke buah dadanya. Baru aku agak tenang, dan tiba-tiba terasa tangan Bu Etty turun ke pinggangku dan "Sret. . . " sekali tarik celana kaosku sudah ditariknya separuh turun. "Hi. . hi. . hi. . . lihat nak.

Gairah Tetangga 02
Sambungan dari bagian 01 Tiba-tiba dia duduk di pangkuanku dan, "Bless..." masuk kepala jamurku, aku terkejut karena tidak menyangka akan begitu, aku pikir cuma mau dimasturbasi saja. Benar tidak siap mental aku kehilangan perjakaku dengan keadaan seperti ini, aku selalu membayangkan sebelumnya lain. Aku bayangkan dengan teman sebaya. Dan luar biasa namanya otot vagina itu bisa ya seperti nyedot begitu dan seperti dijepit dengan apa ya... susah jelaskan. Kami beraksi tanpa bicara banyak, dan sambil takut si ibunya datang atau anak-anak itu kan bisa tiba-tiba lari ke ibunya. Dan Tante Ida turun pelan-pelan, aku merasa agak sakit waktu turun itu, kulit kepalaku ikut tertarik terus (aku tidak dikhitan). Dan akhirnya Tante Ida sudah duduk rapat di atas pangkuanku. Dan ia mulai berputar-putar hanya pinggangnya saja,

Gairah Tetangga 01
Tante Ida adalah tetangga kami, suaminya seorang perwira. Kami tinggal di komplek rumah dinas. Dinding pemisah kamar kami terbuat dari batu dan seng, dan ada tempat cuci di depan dapurnya. Aku pernah mengintip Tante Ida saat dia mandi, dan dia menyadari itu. Aku sering bermain di rumahnya, karena anak-anaknya masih kecil dan ayahnya sedang tugas di Bandung. Pada malam hari, Tante Ida memanggilku untuk memijatnya karena merasa pegal. Kami sering saling membantu seperti itu.

Gairah Tubuh Rina, Anak Teman Bisnisku
Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di Bandung dan hanya mengerjakan skripsi saat ini. Aku sering pergi ke Jakarta untuk main ke tempat abangku. Suatu hari, aku bertemu dengan teman kuliah abangku, Firman, yang sangat ramah. Ia mengundangku ke rumahnya dan mengenalkanku pada istrinya, Dian, dan putrinya, Rina. Pada hari Senin, Firman memintaku untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia pergi ke Malang menjenguk saudara istrinya yang sakit demam berdarah. Setelah 3 hari di rumahnya, aku pulang dan bersantai.

Surabaya Indah
Pagi ini, aku mengemas pakaianku untuk dimasukkan ke dalam koper. Ayahku terlihat sedih karena aku, satu-satunya anak lelakinya, harus pergi ke Surabaya untuk meraih masa depan. Aku akan tinggal bersama Tante dan Oomku. Papaku berharap aku bisa menjaga diri dan berbuat baik. Aku berangkat naik angkot menuju terminal bus, membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Setibanya di perumahan mewah di Darmo, aku merasa terkejut dengan rumah yang terlihat seperti istana. Saat menekan bel, seorang satpam menegurku dan memastikan tujuanku.

Cerita Tak Terlupakan
Hingga kini, kisah si Jo sering teringat di benak penulis. Jo berasal dari kampung dekat kota Y, di mana dia tinggal dengan keluarga kaya. Keluarga itu terdiri dari suami istri dan seorang pembantu wanita bernama Inah, yang usianya sedikit lebih tua dari Jo yang berumur 15 tahun. Suatu hari, Bu Rhien, nyonya majikannya, meminta Inah untuk menyiapkan pakaian karena suaminya akan ke Kalimantan hampir satu bulan. Inah memahami perintah itu, dan Bu Rhien pun melanjutkan langkahnya setelah berinteraksi dengan Jo.

Ganasnya Tanteku, Binalnya Sepupuku 02
Vivi berdiri membelakangi dan asyik bergoyang sambil menggosok tubuhnya yang telanjang dengan sabun. Rambutnya panjang dan hitam, berkulit kuning langsat. Saat air shower menyiraminya, ia terlihat lebih dewasa. Tiba-tiba, Vivi membalikkan badannya dan mengenali Mas Andrew, yang membuatnya senang dan kaget. Ia lalu mengingat kenangan saat berenang bersama. Vivi meminta untuk mandi bareng lagi dan memeluk pinggang Mas Andrew. Andrew mengangkat tubuhnya yang setinggi dadanya.

Ganasnya Tanteku, Binalnya Sepupuku 01
Sesaat aku berdiri di depan pintu gerbang rumah mewah bergaya Jawa kuno. Rumah itu terbuat dari kayu jati dan memiliki pendopo kecil dengan lampu gantung kristal yang antik. Lantai keramik dan halaman luas dengan pohon-pohon rindang menambah keindahan. Di samping rumah ada kolam ikan dengan berbagai jenis dan peternakan ayam serta itik di belakang. Tante Yustina, seorang arsitek terkenal, adalah pemilik rumah ini. Setelah enam tahun tinggal di sini, kini aku kembali setelah hampir tujuh tahun pergi. Vivi yang kutinggalkan pasti sudah besar.

Ima, Si Cewek Imut
Ini pengalamanku dengan anak kelas 6 SD. Aku suka sama anak sekitar kelas 6 SD sampai 2 SMP. Aku adalah mahasiswa tingkat satu di Bandung. Suatu waktu, aku jalan-jalan ke toko buku dan mencari buku komik. Aku melihat anak yang manis dan akhirnya mengajaknya kenalan. Dia adalah Ima, anak kelas 6 SD, dan aku tahu nomor teleponnya. Kami sering ngobrol tentang Boys Band. Aku juga sudah beberapa kali ajak dia jalan-jalan ke Mall, tetapi jarang mau. Aku merasa falling in love sama Ima. Dia sering aku jemput pulang sekolah.

Teman Chattingku
Namaku Yeni, aku lahir dan dibesarkan di Bandung. Saat ini, aku berusia 33 tahun dan bekerja di sebuah bank swasta di Jalan Asia Afrika. Aku hidup sendiri setelah bercerai dari suamiku yang berselingkuh selama kami menikah empat tahun tanpa anak. Untuk mengisi waktu dan mengatasi kesepian, aku suka membaca dan chatting, meskipun tidak ingin bertemu teman chatting. Salah satu teman chattingku, Ferdy, mahasiswa semester akhir di Bandung, adalah orang pertama yang aku temui setelah chatting. Pertemuan kami dilakukan di sebuah cafe pada tanggal 16 Juni 2001.

Pengganti Istri 02
Sambungan dari bagian 01 Tiap kali kejantananku menekan dasar kemaluannya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kejantananku bagai diremas-remas dalam liang kemaluan Ningsih yang begitu 'peret' dan legit. Dengan perkasa kudorong kejantananku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok. "Ahh... Ndoro..! Aa... ah..! Aaa... ahk..! Oooh..! Ndorooo... Ningsih pengen... pih... pipiiis..! Aaa... aahh..!" Sensasi nikmat luar biasa membuat Ningsih dengan cepat terorgasme. "Tahan Nduk! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Ndoro pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!" Dengan patuh Ningsih mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian... "Nggak tahan Ndorooo..! Ngh...! Ngh...! Ngggh! Aaaiii... iik..! Aaa...