Kategori: Penyiksaan
Hutan Nikmat
Sebenarnya aku hanya mau jalan-jalan di hutan untuk refreshing karena sudah suntuk di rumah. Saat hari mulai sore dan hutan menjadi gelap, aku melihat seorang wanita muda berjalan ke arahku. Dia terlihat sekitar 15 tahun dengan penampilan menarik. Saat melihatnya, aku teringat bahwa aku sudah lama tidak merasakan tidur bersama anak di bawah umur. Aku lalu bersembunyi di semak-semak dan ketika dia lewat, aku segera menyergapnya dan membawanya lebih dalam ke hutan.
Budak Nafsu Tante Lisa
Namaku Wawan, seorang mahasiswa PTS di Yogyakarta, berusia 22 tahun, kost di rumah Tante Lisa, seorang janda berusia 40 tahun yang dulunya adalah hostess. Suaminya meninggal karena komplikasi. Tante Lisa sangat cantik dan terlihat lebih muda, sering berpakaian seksi. Suatu hari, saat aku di kamar mandi, aku lupa mengunci pintu dan Tante Lisa melihatku sedang onani. Dia menyatakan bahwa wajar untuk melakukannya. Beberapa hari kemudian, Tante Lisa mengajakku membantu di tokonya dan meminta aku menginap, sambil mengajakku makan dan minum wine.
Menyiksa SPG 02
Kudekati telinga Vera yang ketakutan. Aku bisikkan, "Vera, gimana kalau kita ganti alatnya, sekarang pakai ikat pinggang saja ya. " Vera terkejut dan berkata, "Ampun. . . lepaskan saya. . . " meskipun tahu aku tidak akan melepaskannya. Aku buka ikat pinggangku dan kulilitkan pada tanganku. Vera terengah-engah, berharap sabetan ikat pinggang tidak terlalu sakit. Saat ikat pinggangku mengenai pahanya, Vera bergetar menahan sakit. Dia tidak bisa berkata apa-apa, hanya menggeleng-geleng menahan penderitaan.
Menyiksa SPG 01
Cerita ini berawal dari pengalaman penulis saat mengunjungi pameran otomotif di plaza. Bersama tiga temannya, mereka melihat mobil-mobil yang menarik. Penampilan mereka berbeda dari pengunjung lain yang rapi. Di pameran, SPG-SPG cantik dan langsing mengenakan rok mini merah menarik perhatian penulis. Ketika mencoba membuka pintu mobil yang dipamerkan, seorang SPG cantik menegur penulis agar tidak menyentuhnya. Meskipun merasa tersinggung, penulis tetap terkesan dengan kecantikan SPG tersebut.
Pesta Siksa
Panggil saja aku Fire. Karena aku tidak ingin menjadi siapapun juga kecuali menjadi api. Yang selalu membakar dan menggairahkan. Awalnya aku tidak menyadari bakat (atau kelainan) ku ini. Aku adalah seorang gadis yang baik-baik saja dari kecil hingga dewasa. Namun ketika pertama kali aku mengenal seks, aku temukan yang hilang dalam diriku. Kulepaskan keperawananku pada pacar pertamaku. Vega namanya. Sejak awal ia memang hanya iseng padaku. Teman-temanku berkata bahwa ia hanya akan memacariku sampai aku melepaskan keperawananku padanya. Saat itu, pulang sekolah, seperti biasa ia menjemputku. Kebetulan orang tuaku sedang keluar kota. Aku tahu bahwa ia tidak akan mengantarku pulang. Ternyata benar. Ia membawaku ke sebuah motel. Dengan gayanya yang sok Don Juan, ia melepaskan pakaianku. Saat itu yang ada dalam kepalaku hanya perasaan ingin
First Experience
Nama saya Indri. Saya memiliki tinggi hampir 170 cm dan berat mendekati 60 kg, dengan ukuran dada 36C yang membuat penampilan saya terlihat seksi. Saya awalnya kurang mengerti tentang seks, tetapi setelah bertemu Jenny, saya mulai belajar banyak tentang seks dan berbagai cara untuk memuaskan diri. Biasanya, pada malam minggu, saya berkumpul dengan teman-teman dan mengenakan baju yang agak terbuka. Setelah berkumpul, saya pulang dengan mobil yang ditumpangi tiga orang cowok, karena teman saya tidak bisa mengantar.
Sekretarisku
Perkenalkan, saya adalah kepala bagian di sebuah BUMN di Indonesia Timur. Ruang kerja saya luas dan memiliki seorang sekretaris. Meja kerja saya hanya memiliki sedikit buku dan sebuah telepon. BUMN ini sering bekerja sama dengan Jepang, jadi saya sering mengganti sekretaris sesuai proyek. Saya adalah lelaki yang normal dengan libido tinggi. Saya juga memiliki kelainan, di mana saya suka menyakiti lawan main sebelum tidur dengan mereka. Istri saya tidak tahu tentang ini karena bisa berujung pada perceraian.
Nikmatnya Tubuh Pembantu
Kamis sore, Ari duduk di balkon saat Inem, pembantu yang cantik dan lugu, mengepel lantai. Ari teringat Mita dan tiba-tiba terfokus pada payudara Inem yang terlihat karena kancing atas baju yang lepas. Inem merasa malu dan cepat membenahi diri sebelum keluar. Ari merasa birahinya muncul dan memanggil Inem melalui intercom untuk memijatnya. Saat Inem masuk, Ari yang sudah telanjang mengagetkannya. Inem merasa takut dan terkejut melihat Ari.
Nikmat Dalam Kepedihan
Saya mengenal Rani pertama kali lewat IRC. Mulanya kami ngobrol biasa saja (kenalan, bercanda, tebak-tebakan, dan sebagainya). Menginjak minggu ke dua, tidak di sangka dia menanggapi secara antusias setiap obrolan saya yang berbau seks. Sampai saat itu sebenarnya saya masih ragu apakah Rani ini betul-betul perempuan atau cuma laki-laki iseng yang menyamar sebagai wanita. Maklumlah, selama ini kami berkomunikasi hanya secara tulisan, bukan lisan. Keragu-raguan itu akhirnya musnah setelah kami melakukan "copy darat" di Plaza Senayan. Ternyata dia seorang wanita muda. Tidak begitu cantik tapi tidak juga jelek. Sedang-sedang sajalah. Yang istimewa darinya adalah bentuk tubuh yang montok dan buah dadanya yang besar di atas rata-rata buah dada wanita Indonesia. Setelah berbicara beberapa saat, dia mengajakku ke rumahnya di daerah Pondok Indah. Dari situ saya
Kasir Swalayan
Desy, yang berusia 25 tahun, tidak menyadari risiko bekerja sebagai kasir di toko serba ada di Jakarta. Ia mengabaikan nasehat orang tuanya karena ingin mandiri dan memilih shift malam yang sepi agar bisa belajar. Namun, suatu malam, Desy ditodong pistol oleh dua perampok. Si Gondrong memerintahkannya untuk mengeluarkan uang, sementara si Kumis memutuskan kabel di toko. Desy gemetar saat membuka laci kasir dan memberikan uang 100 ribu ke si Gondrong, karena tidak boleh menyimpan lebih dari itu. Setelah merampas uang, Desy mundur ke belakang.
Terjerat Nafsu Nyonya Majikan
Tujuanku datang ke Jakarta sebenarnya untuk merubah nasib. Namun, kehidupan di kota besar lebih keras daripada di desa. Aku sempat terlunta-lunta, tanpa ada yang peduli. Ijazah SMP yang kubawa tidak ada artinya di sini, bahkan lulusan sarjana juga banyak yang menganggur. Aku bekerja apa saja demi mendapatkan uang. Malu rasanya untuk kembali ke kampung karena merasa gagal. Setiap hari, aku mencari pekerjaan tapi tidak ada yang merespons lamaran dan ijazahku. Bekal yang kubawa semakin menipis.